TUGAS MAKALAH
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN
OUT PUT USAHA TANI TAHU DAN TEMPE,
DI DESA SUMBER HARJO KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN
Disusun oleh :
ARIFSON YONDANG
NIREM : 05.01.1.4.12.0370
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI
YOGYAKARTA
TAHUN
2013
BAB I. PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Tahu
dan tempe sudah akrab di lidah orang Indonesia sejak lama. Makanan hasil
variasi olahan kacang kedelai ini pun menjadi makanan yang populer karena
harganya yang relatif terjangkau untuk dikonsumsi masyarakat dari berbagai
lapisan, mulai dari masyarakat kelas bawah, masyarakat kelas menengah, hingga
masyarakat kelas atas. Bahkan seperti diberitakan, tahu dan tempe mulai
digemari beberapa negara tetangga seperti Malaysia , Jepang, dan lain – lain
karena rasanya yang nikmat serta bergizi tinggi.
Hal
yang menarik dari keberadaan industri tahu dan tempe adalah skala industrinya
yang kebanyakan masih berupa industri kecil dan menengah yang berproduksi
dengan metode tradisional, padahal daya beli masyarakat untuk produk ini
relatif tinggi.Meskipun didalam persaingan dengan makanan luar negeri, tahu dan
tempe tetap eksis di pasaran. Pasar untuk produk ini pun tergolong cukup luas,
namun biasanya konsumen tahu dan tempe merupakan kalangan menengah ke bawah.
Observasi kelompok 10 pada salah satu
sentra industri tahu dan tempe ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi
serta karakteristik industri tersebut sehingga diharapkan dapat memberikan
gambaran umum mengenai industri tahu dan tempe.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah
1. Pentingnya Manajemen Usahatani.
2. Kondisi Petani.
3. Penerapan Manajemen Usahatani.
4. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani.
5. Peningkatan Nilai Tambah.
6. Pengembangan Kelembagaan.
BAB.
II HASIL
Observasi
dilakukan di Desa Sumber Harjo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman, yang
merupakan sentra industri tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe di Desa Sumber
Harjo tergabung dalam satu pengarajin
tahu dan tempe, Industri tahu dan tempe
yang dipilih adalah milik Bapak Walijo yang beralamat di Desa Sumber Harjo, RT
03 RW 03, Kecamatan Prambanan Kabupaten
Sleman. Industri ini berdiri sekitar tahun 1996 dan sudah beroperasi selama dua
generasi. Pada awalnya, industri ini hanya memproduksi tempe sebagai produk
utama, namun karena semakin bertambahnya jumlah industri sejenis di sekitarnya,
Jumlah tenaga kerja di pabrik tahu
berjumlah delapan orang, sedangkan pekerja yang memproduksi tempe berjumlah
sepuluh orang termasuk Bapak Walijo selaku pemilik pabrik. Proses produksi
mulai dari pengolahan bahan mentah hingga pemasaran dilakukan oleh pekerja
secara bersama – sama. Hal yang dapat dilihat dari pengamatan terhadap proses
produksi di pabrik tahu dan tempe adalah setiap pekerja memiliki tingkatan yang
sama sehingga tidak ada hierarki yang jelas antar pekerja seperti pada industri
besar. Hal ini dikarenakan tidak jelasnya struktur organisasi dalam industri
kecil dan menengah.
Pasokan bahan baku berupa kedelai
diperoleh sebagian besar dari Pengrajin
Tahu Tempe Sumber Rejeki. Sebagian lagi dibeli di Pasar apabila ada kekurangan
bahan baku dalam proses produksi. Untuk memproduksi tahu dan tempe diperlukan
kurang lebih 200 kg kedelai tiap harinya untuk masing- masing produksi.
Perbedaan yang paling jelas antara
produksi tahu dan tempe adalah untuk memproduksi tempe diperlukan modal empat
kali lebih besar dari biaya operasional produksi tahu. Hal ini dikarenakan
tempe yang siap dipasarkan membutuhkan tahapan serta waktu yang lebih lama
daripada tahapan dan waktu dalam produksi tahu. Tempe yang siap dipasarkan
harus melewati tahapan perendaman, perebusan, perendaman lagi, serta peragian,
yang semuanya membutuhkan waktu sekitar empat hari. Sehingga dalam satu hari
harus ada kedelai yang sedang diolah dalam masing – masing tahapan. Sedangkan
untuk produksi tahu, dari mulai pengolahan kedelai mentah hingga menjadi tahu
yang siap dipasarkan hanya memerlukan waktu satu hari.
Faktor yang tidak kalah penting
dari keberadaan suatu industri adalah ketersediaan sumber energi. Sumber energi
dominan yang digunakan dalam industri tahu dan tempe ini adalah air, listrik,
dan bahan bakar. Air yang digunakan dalam proses produksi adalah air sumur
milik pribadi sehingga tidak membutuhkan modal tambahan untuk suplai air selama
produksi berlangsung. Listrik tidak begitu berperan penting karena proses
produksi berlangsung dari pagi hingga sore hari, listrik hanya berperan untuk
menstabilkan suhu ruangan peragian ketika cuaca dingin. Bahan bakar yang
digunakan selama produksi tahu dan tempe adalah kayu bakar, serbuk gergaji dan
solar. Kayu bakar digunakan dalam proses perebusan kedelai yang akan diproduksi
menjadi tempe, serbuk gergaji digunakan dalam proses perebusan kedelai yang
telah digiling, sedangkan solar digunakan untuk bahan bakar mesin penggiling
kedelai yang akan dibuat tahu. Dari sumber energi yang digunakan menunjukkan
bahwa industri tahu tempe merupakan industri yang proses produksinya masih
tradisional.
Proses produksi tahu dimulai dari
perendaman kedelai selama kurang lebih enam jam atau sampai kedelai terpisah
dari kulitnya kemudian kedelai ditiriskan. Tahap selanjutnya, kedelai digiling
dengan mesin penggiling. Selama proses penggilingan ditambahkan air untuk
mempermudah penggilingan. Mesin penggiling kedelai mulai digunakan sekitar tahun
1977. Sebelumnya penggilingan kedelai menggunakan lumpang batu. Dari proses
penggilingan ini didapatkan campuran antara sari kedelai ynag dibutuhkan untuk
membuat tahu dan ampas.
Tahap selanjutnya adalah perebusan
hasil penggilingan kedelai hingga mendidih. Pembakaran dilakukan secara
tradisional dengan tungku berbahan bakar serbuk gergaji. Di awal produksinya,
bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar yang kualitasnya bagus sehingga
menghasilkan api yang stabil dan bagus untuk proses perebusan. Namun, karena
sekarang harga kayu mahal, bahan bakarnya beralih menggunakan serbuk gergaji
yang dapat dibeli dari pengrajin mebel dengan harga murah. Tahap selanjutnya
adalah penyaringan untuk memisahkan sari kedelai dengan air dan ampasnya.
Penyaringan menggunakan kain yang tipis untuk membantu pemisahan air dengan
ampasnya.
Air hasil pemisahan ampas tahu
diendapkan dalam tong besar selama kurang lebih lima belas menit agar sari tahu
mengendap. Ada dua metode berbeda yang
digunakan di pabrik tahu ini untuk mempercepat pemisahan antara air dengan sari
tahu. Metode pertama adalah metode cina, dimana untuk mempercepat proses
pemisahan menggunakan bantuan air cuka. Metode yang kedua adalah metode
tradisional, dimana untuk mempercepat proses pemisahan menggunakan bantuan air
jantu (air kecut).
Air jantu sendiri adalah air yang
dihasilkan dari proses pemisahan air dan sari tahu pada pembuatan tahu
sebelumnya. Dalam penambahan cuka maupun air jantu ini tidak ada takaran
khusus, para pekerja cukup mengandalkan perasaan untuk mengukur banyaknya cuka
atau air jantu yang ditambahkan. Perbedaan antara cuka dan air jantu terletak
pada proses pemisahan air dan sari tahu. Apabila menggunakan cuka, air dan sari
tahu akan terpisah dengan sendirinya. Sedangkan apabila menggunakan air jantu,
perlu dilakukan pengadukan. Setelah sari tahu terpisah dengan air, sari tahu
siap dicetak dengan cetakan yang sudah tersedia atau dibentuk sesuai kebutuhan.
Industri tahu termasuk industri ramah lingkungan karena
semua hasil akhir dari proses pengolahan kedelai menjadi tahu dapat digunakan
kembali. Air sisa proses pemisahan tadi dapat digunakan sebagai air jantu untuk
pembuatan tahu berikutnya. Air jantu juga dapat dimanfaatkan untuk biogas. Di
pabrik ini mempunyai satu tabung reaktor biogas yang merupakan bantuan dari
pemerintah. Biogas tersebut kemudian dimanfaatkan oleh sekitar dua belas rumah
tangga sebagai bahan bakar alternatif LPG. Selain itu, ampas tahu yang
dihasilkan juga dapat diolah kembali menjadi tempe gembus dan juga sebagai
makanan ternak.
1.
Berikut
Ini Merupakan Proses Pembuatan Tahu :
Ø Kedelai
direndam selama kurang lebih enam jam atau sampai kedelai terpisah dengan
kulitnya
Ø Setelah
melalui proses perendaman, kedelai selanjutnya digiling menggunakan mesin dan
diberi air untuk memudahkan penggilingan.
Ø Setelah
digiling, kemudian kedelai dimasak atau direbus
di tungku yang berbahan bakar serbuk gergaji sampai mendidih.
Ø Setelah
melalui tahap perebusan, kedelai disaring dengan menggunakan kain, untuk
memisahkan ampas dan airnya.
Ø Setelah
disaring, dibiarkan terlebih dahulu agar sisa-sisa airnya menetes, dan sari
tahu yang terdapat dalam air mengendap
Ø Setelah
didiamkan beberapa saat, kedelai yang telah digiling diberi sedikit cuka untuk
memisahkan air dan sari kedelainya
Ø Selain
menggunakan cuka, untuk memisahan air dan sari kedelai juga dapat menggunakan
air jantu dan dilakukan proses pengadukan secara manual.
Ø Setelah
air dan sari kedelainya dipisahkan, airnya dibuang dan sari kedelainya dicetak
pada cetakan yang sudah disediakan, atau dibentuk sesuai dengan keinginan
Ø Ampas
tahu, dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe gembus atau sebagai campuran
makanan ternak.
Ø Air
jantu, selain dimanfaatkan dalam proses pembuatan tahu selanjutnya, dapat juga digunakan
dalam pembuatan biogas.
2.
Tahu
Yang Sudah Jadi Dan Siap Dipasarkan :
Proses
produksi tempe dimulai dari proses perebusan kedelai sampai mendidih. Setelah
direbus, kedelai direndam bak air selama kurang lebih satu hari satu malam. Proses perendaman ini bertujuan untuk memisahkan kedelai dengan
kulitnya. Setelah satu hari satu malam perendaman, kedelai akan terpisah
menjadi dua keping. Selanjutnya kedelai tersebut direbus kembali untuk
menyempurnakan proses pematangan kedelai.
Tahap
selanjutnya adalah peragian. Kedelai yang telah direbus kemudian ditiriskan dan
diberi ragi tempe secukupnya. Proses peragian sangat tergantung kepada kondisi
cuaca, sehingga takaran ragi yang ditambahkan pada kedelai mengikuti kondisi
cuaca. Disinilah letak kesulitan pembuatan tempe. Apabila salah dalam
memprediksi cuaca, akan memperlambat proses produksi tempe.
Kedelai
yang telah diberi ragi, kemudian dibungkus dengan plastik berbagai ukuran yang
sebelumnya telah dilubangi kecil-kecil. Lubang tersebut berguna untuk mempercepat
proses pertumbuhan ragi tempe. Tempe yang sudah dibungkus ditata pada rak-rak
di dalam suatu ruangan khusus yang memiliki sirkulasi udara dan cahaya matahari
yang cukup. Apabila cuaca stabil, kedelai akan menjadi tempe dua hari setelah
proses peragian.
3.
Berikut
Ini Merupakan Proses Pembuatan Tempe :
Ø Bak
perendaman kedelai, untuk merendam kedelai hasil rebusan pertama selama satu
hari satu malam. Setelah itu, kedelai direbus untuk yang kedua kali.
Ø Ragi
tempe yang digunakan untuk peragian kedelai setelah perebusan yang kedua kali
Ø Kedelai
yang telah diberi ragi, siap untuk dibungkus
Ø Proses
pembungkusan kedelai pasca diberi ragi.
Ø tempe
ditata pada rak penyimpanan untuk proses fermentasi Tempe dalam rak di ruangan
peragian tempe yang sudah di fermentasi atau telah mengalami peragian siap
untuk dipasarkan.
Dari
sekitar dua ratus kilogram kedelai dalam setiap produksi tahu akan dihasilkan
sekitar empat puluh cetakan tahu ukuran 18 x 18 cm. Harga jual tahu per cetakan
18 x 18 cm tersebut adalah sekitar Rp. 25.000,-
jadi omset pendapatan kotor per harinya mencapai satu juta rupiah. Untuk
harga tempe kemasan besar dijual seharga Rp 1.200,00 per bungkus, sedangkan
untuk tempe ukuran kecil diberi harga Rp 700,00 per bungkus. Hasil penjualan
tempe dan tahu milik Bapak Sutadi cukup untuk modal operasional produksi
selanjutnya dan cukup untuk memenuhi kebutuhan para pekerjanya sehari-hari.
Hasil
produksi tahu dan tempe dipasarkan di beberapa pasar di Prambanan. Khusus untuk
tempe, sehari-harinya tahu dan tempe dilakukan sendiri oleh para pekerja yang
sebelumnya terlibat dalam proses produksi. Kegiatan pemasaran, selain
dipasarkan langsung ke pasar-pasar juga dilakukan secara berkeliling ke
desa-desa.
BAB. III PEMBAHASAN
Dari
hasil pengamatan industri tahu dan tempe, industri tahu dan tempe memiliki
beberapa karakteristik, yaitu:
1. Memiliki tenaga kerja dalam jumlah kecil
dimana tidak ada hierarki yang jelas antara pekerja satu dengan lainnya.
Pekerjaan dilakukan secara bersama – sama dengan pembagian tugas yang tidak
teratur. Misalnya saja pekerja di bagian produksi dapat merangkap di bagian
distribusi, bahkan pemilik usaha pun ikut terjun langsung dalam proses
produksi.
2. Proses produksi yang masih sederhana
dengan alat – alat tradisional. Kegiatan produksi sebagian besar dikerjakan
secara manual oleh tenaga manusia. Selain itu, bahan bakar yang digunakan untuk
operasional mesin masih sangat sederhana seperti kayu bakar dan serbuk gergaji.
3. Tidak ada rekapitulasi yang jelas antara
input (modal yang diperlukan) dengan output (pendapatan yang dihasilkan).
Prinsip dari usaha ini adalah laba yang diperoleh dapat mencukupi untuk makan
hari ini dan produksi esok hari.
4. Pemilik usaha tidak berusaha untuk
meningkatkan inovasi produk, seperti misalnya tahu aneka rasa atau tempe
berbagai bentuk, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan pemilik usaha hampir
tidak pernah melakukan evaluasi terhadap produk dan hasil penjualannya selama
ini.
5. Tidak memiliki strategi pemasaran khusus
untuk meningkatkan omset penjualan produk. Pemasaran produk hanya dilakukan
berkisar pada tempat-tempat yang cenderung tetap dari waktu ke waktu. Sehingga
jangkauan pasar cenderung tidak berkembang luas.
6. Usaha tahu dan tempe tergabung dalam
paguyuban yang menaungi usaha-usaha sejenis di suatu wilayah. Paguyuban
tersebut berfungsi dalam penyediaan bahan baku, pengontrol harga pasar, dan
forum sosialisasi antar pemilik usaha.
BABA. IV KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tahu,
sudah menjadi makanan tradisional nusantara. Walaupun ada yang mengatakan bahwa
tahu berasal dari Cina yang dikenal dengan nama Tofu, namun masyarakat
Indonesia sudah menganggapnya sebagai masakan tradisional yang bergizi, murah
dan lezat. Tahu, merupakan makanan sederhana yang nikmat serta kaya gizi.
Teksturnya yang kenyal halus dan rasanya yang gurih. Walau begitu, membuat tahu
harus melalui beberapa tahapan yang tidak sederhana. Usaha kecil membuat tahu
tempe masih bertahan dan terus mengalami pembaruan terutama di bidang peralatan
dan cara membuat yang lebih sehat.
Saran
Tempat
usaha sebaiknya terletak di tempat yang pasokan air bersihnya berjalan dengan
baik dan tersedia, karena membuat tahu membutuhkan banyak air bersih untuk
merendam, mencuci dan memasak kedelai.
BAB. V DAFTAR PUSTAKA
Bapak Walijo : Direktur Perusahan Tempe, Desa Sumber Harjo Kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman
Bapak Sabar : Direktur Perusahan Tahu, Desa Sumber Harjo Kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar