Kamis, 12 Desember 2013
Outline Laporan Fieldtrip Sistem
Pertanian
OUTLINE LAPORAN
FIELDTRIP
UNTUK MENGETAHUI
SISTEM PERTANIAN SURJAN
DAN SISTEM
PERTANIAN LAHAN PASIR
Disusun
oleh :
ARIFSON YONDANG
NIREM : 05. 1. 4. 12.
0370
KEMENTERIAN
PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN
PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Fieldtrip Sistem Pertanian, dengan baik dan
tepat waktu.
Dalam penyusunan Laporan Fieldtrip ini
tentunya penulis tidak lepas dari
petunjuk, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
- Bapak Ir.
Nugrohotomo, M.Sc. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah I Sistem Pertanian.
- Bapak Ir.
Heriyanto, M.S. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah II Sistem Pertanian.
- Bapak Agus
Wartapa, MP.SP. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah III Sistem Pertanian.
- Semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan fieltrip Mata
Kuliah Sistem Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan Fieltrip ini masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun bobot materinya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan fieldtrip dimasa yang akan
datang. Semoga laporan Fieldtrip ini bermanfaat dan bisa menjadi acuan
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Yogyakarta, Januari 2014
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem pertanian terpadu pada
hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat dipanen
secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa
tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan
organik didalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding
pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan
tersebut dapat terjadi secara efektif
dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu
kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman,
peternakan maupun perikanan.
Keberadaan sektor-sektor ini
akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh
komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh
komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan
penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan
tercapai.
Bagi negara agraris seperti
Indonesia, peran sektor pertanian sangat penting dalam mendukung perekonomian
nasional, terutama sebagai penyedia bahan pangan, sandang dan papan bagi
segenap penduduk, serta
penghasil komoditas ekspor nonmigas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian
sebagian besar rakyat Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Namun ironis
sekali, penghargaan masyarakat umum terhadap pertanian relatif rendah
dibandingkan sektor lain, seperti industri, pertambangan, dan perdagangan.
Beberapa upaya untuk meningkatkan
produksi pertanian adalah dengan pola tanam surjan. Sistem surjan dapat
dicirikan dari perbedaan tinggi permukaan bidang tanam pada suatu luasan lahan.
Namun
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan system ini adalah penerapan pola
tanam tumpang sari ( multi croping ) yang berkelanjutan
dan produktif dalam waktu lama.
Selain sistem pola tanam surjan, sistem pertanian
lahan pasir pantai pun dapat meningkatkan produksi pertanian salah satu yaitu lahan marginal yang berpotensi untuk
dikembangkan adalah lahan pasir pantai. Indonesia memiliki panjang garis pantai
mencapai 106.000 km dengan potensi luas lahan 1.060.000 ha. Akan tetapi, lahan
pantai umumnya memiliki kendala-kendala
yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti suhu yang tinggi, pasir yang tidak bisa menahan air
dan hara, adanya salinitas, serta angin yang kencang. Masalah masalah tersebut
harus diatasi dan ummnya cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
dengan melakukan manipulasi-manipulasi ekologi agar lahan pantai sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman.
B.
Tujuan
Tujuan dari laporan fieltrip ini agar mahasiswa dapat:
1. mengetahui sistem pertanian surjan
2. mengetahui sistem pertanian lahan pasir pantai.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Surjan
Sistem budi daya surjan adalah
salah satu sistem pertanaman campuran yang dicirikan oleh perbedaan
tinggi permukaan bidang tanam pada suatu luasan lahan. Perbedaan ketinggian ini
minimal 50 cm. Dalam bahasa Inggris, sistem ini
disamakan dengan alternating bed system. Bidang tanam ini dibuat
memanjang sehingga dari atas akan tampak seperti garis-garis (strip)
berselang-seling, karena masing-masing bidang tanam yang berbeda tingginya
ditanami oleh komoditi tanam yang berbeda. Dari bentuk garis-garis inilah nama
"surjan" dipakai, karena mirip dengan pola strip pada pakaian tradisional
berbahan lurik dari
Yogya, surjan.
Dalam sistem surjan, bidang yang rendah disebut "surjan bawah"
dan yang tinggi disebut " surjan atas ". Surjan bawah biasanya
ditanami padi pada musim hujan. Pada musim kemarau, surjan bawah ditanami palawija untuk
memanfaatkan sisa kelembaban air yang tersisa. Bagian surjan atas dapat ditanami
bermacam-macam komoditi, biasanya
palawija atau rumput pakan ternak. Di
beberapa tempat di Jawa yang
memiliki lahan sawah, bagian surjan atas ditanami pohon buah-buahan, seperti mangga atau jeruk. Pada tempat-tempat yang sering
mengalami surplus air pada musim penghujan, bagian bawah digunakan sebagai
pengontrol kelebihan air, menjadi penampung kelebihan air. Tanaman yang tumbuh
di bagian surjan atas akan selamat dari genangan air yang tinggi. Genangan air
tinggi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman di bagian "surjan atas".
Sistem surjan dipakai di beberapa tempat di Yogyakarta selatan
dan Kabupaten Kulon Progo. Dengan penerapan system
surjan, maka lahan akan menjadi lebih produktif karena pada lahan tersebut akan tersedia dua tatanan lahan, yaitu : (1) lahan tabukan yang tergenang
(digunakan untuk menanam padi atau digabungkan dengan budidaya ikan), (2) lahan
guludukan sebagai lahan kering (digunakan untuk budidaya palawija, buah-buahan, tanaman
tahunan/perkebunan).
1. Pengolahan
iriasi dan drainase pada sistem surjan
Prinsip pengelolaan sistem surjan dilahan
rawa terutama harus mampu mengelola sistem irigasi dan drainasenya. Hal ini
dikarenakan lahan rawa merupakan daerah dataran rendah yang memilki kelebihan
air dalam jumlah yang banyak , sehingga dibutuhkan saluran drainase guna
mengoptimalkan kebutuhan air tanaman. Di samping itu, persiapan pembuatan
irigasi dimaksudkan agar pemberian air ke petak lahan dapat dilaksanakan dengan
baik, terutama bagi guludan atau bagian atas. Sehingga, sistem irigasi dan
drainase sangat penting di lahan pertanian surjan, namun yang paling penting
ialah sistem drainasenya karena lahan rawa memiliki kelebihan air yang cukup banyak.
Beberapa yang perlu diperhatikan dalam
persiapan pembuatan irigasi dengan sistem surjan dilahan rawa :
a.
Jaringan yang terdiri dari bangunan dan saluran dipastikan berfungsi
dengan baik dengan pemeliharaan dan perbaikan seperlunya.
b.
Untuk musim penghujan khususnya, saluran pembuangan atau drainase harus
benar-benar berfungsi dengan baik, dengan pemeliharaan dan perbaikan,
serta kelebihan air hujan dapat dibuang.
c.
Kesiapan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang dilkelola oleh
organisasi P3A, sesuai dengan kebutuhan dan pola tanam.
Rencana
pemberian air di petak surjan dan tahapan pemeliharaan yang sesuai dengan
tingkatan teknis pembagian dan pemberian air, dibedakan atas tiga macam, yakni
:
a.
Jaringan sederhana atau belum teknis. Jenis ini belum ada bangunan
tersier, saluran pembawa dan pembuang belum terpisah. Setiap sawah dapat
mengambil air langsung dari saluran tersier. Air dapat dialirkan ke petak, dan
kelebihan air dapat dibuang.
b.
Jaringan semiteknis. Jenis ini telah memiliki bangunan tersier, saluran
pembawa dan pembuang sudah terpisah. Sekelompok sawah mempunyai satu tempat
pengambilan di saluran tersier, air dapat diatur namun belum dapat diukur.
c.
Jaringan teknis. Jenis ini bangunan tersier sudah ada, saluran pembawa
dan pembuang sudah terpisah, dapat untuk rotasi baik antar sub tersier atau
antar petak kuarter, air dapat diatur dan diukur.
2.
Pengaturan Pola Tanam pada Sistem Surjan
Dalam melakukan budidaya, perlu adanya
penyusunan pola pertanaman pada satu petak lahan dalam siklus satu tahun dan pelaksanaan
masa tanam musim penghujan atau kemarau. Hal ini ditetapkan dengan jadwal tanam
sesuai dengan program jaringan utama. Sistem surjan berkembang di daerah
irigasi di tempat- tempat tertentu sesuai dengan kondisi setempat yang
mendukung, misalnya penanaman jagung dengan irigasi sederhana, semiteknis
maupun teknis. Tanaman jagung ini dibudidayakan di musim kemarau dengan sistem
surjan sempit, sedangkan penanaman padi dilaksanakan di musim penghujan.
3.
Penanaman dengan Multiple Cropping pada Sistem Surjan
Rencana diversifikasi tanaman pada surjan
lebar dilakukan dengan sistem multiple cropping dengan cara tumpang sari di
areal lahan. Pada areal tabukan yang tergenang digunakan untuk penanaman
tanaman padi. Hal ini dikarenakan tanaman padi memerlukan banyak air. Sedangkan
pada areal guludan yang kering ditanam tanaman jagung. Ini dikarenakan tanaman
jagung tidak memerlukan banyak air. Pada surjan sempit dengan program
tanam palawija atau sayuran di guludan dapat ditanam dengan intensitas tanam
sesuai dengan kebiasaan dan kondisi setempat. Pada guludan dapat pula ditanam
tanaman industri seperti kopi, jahe yang ditumpang sarikan dengan palawija atau
sayuran.
B.
Pengertian
Lahan Pasir Pantai
Lahan pasir pantai adalah
Lahan pantai dicirikan oleh tekstur tanahnya yang berupa pasiran, struktur
tanahnya lepas dan sangat porus, sehingga kemampuannya dalam menahan air
rendah. Kondisi tersebut menjadi tidak menguntungkan bagi setiap upaya
pemupukan, karena kebutuhan pupuk menjadi berlipat. Selain itu lahan pasir
memiliki bahan organik dan nitrogen yang rendah. Lahan pasir seperti ini banyak
kita temukan di daerah pantai salah satunya adalah daerah Bantul.
Tanah jenis ini mempunyai
kandungan bahan organik dan kesuburan yang rendah sehingga perlu dilakukan
teknologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan di lahan pasir
pantai adalah pemberian bahan organik, alas plastik, dan pemberian jerami
diatas permukaan lahan sehingga dapat mengurangi evaporasi serta menjaga
kestabilan suhu dan kelembaban tanah. Tanah pertanian membutuhkan keseimbangan
antara partikel pasir, debu, dan lempung, sedangkan lahan pasir didominasi oleh
pasir.
Lahan Pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung,debu,dan zat
hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar
150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat
rendah,1,6-3% darI total air yang tersedia.Angin dI kawasan pantai itu sangat
tinggi,sekitar 50 kper jam.Angin dengan kecepatan mudah mencerabut akar dan
merobohkan tanaman.Angin Yang kencang dipantai bisa membawa partikel-partikel
garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang
hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses
penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000).
Karakteristik lahan pasir pantai adalah kandungan pasir melebihi 95%,
struktur tanah kurang baik, konsistensi lepas, kurang kuat menahan air,
permeabilitas dan drainase sangat cepat, serta miskin hara. Pemberian bahan
organik atau pupuk kandang, dan perbaikan sifat tanah dapat memperbaiki sifat
fisik tanah, terutama agregat, yang pada nantinya akan meningkatkan kelembapan
tanah. Apalagi kawasannya yang terbuka dengan angin laut yang memiliki
kandungan garam dan lembab.
Upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan pertanian di
kawasan pasir pantai yang secara alami kurang produktif dapat dilakukan melalui
penerapan teknologi dan pemberdayaan masyarakat. Pemberian masukan tertentu
misalnya lempung, kapur, zeolite atau kompos dapat dilakukan ke dalam tanah
dengan tujuan perbaikan sifat fisika, kimiawi dan biologi
tanah.
Menurut Sudihardjo (2000), berdasarkan kriteria CSR/FAO 1983 kesesuaian
aktual lahan pasir Pantai Selatan DIY termasuk kelas Tidak Sesuai atau Sesuai
Marginal untuk komoditas tanaman pangan dan sayuran. Akan tetapi beberapa
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya kecenderungan perbaikan
hasil dari perlakuan-perlakuan yang dilakukan terhadap tanah, meskipun belum
mantap.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil yang diperoleh dari hasil praktik out kampus di daerah kulon progo 2
jenis sistem pertanian yaitu sistem pertanian surjan dan sistem pertanian lahan
pasir pantai.
1.
Sistem pertanian surjan
Surjan
sudah ada sebelum indonesia merdeka tahun 1943 sudah ada surjan tetapi belum
dinamai surjan, hanya inisiatif petani agar ketika musim penghujan petani masih
bisa mendapatkan makanan untuk kebutuhan pangan rumah tangga. Sistem surjan
muncul diberi nama setelah indonesia merdeka pada tahun 1948 waktu kegiatan
KTNA di tingkat provinsi kulon progo, mengangkat teknologi ini dan karena
ditanah jawa sehingga diberi nama sistem surjan.
Sistem
surjan adalah teknologi atau cara budi daya tanaman sayuran, horticultura
dengan tanaman padi dalam waktu yang bersamaan atau tidak bersamaan, contohnya
dalam satu petak di buat gundukan ditengah dan dikanan kiri, dibuat ubangan
untuk menanam padi. Untuk daerah Kulon progo menurut nenek Moyang mereka bahawa
daerah Kulon Progo dulu sangat sulit untuk ditanami padi, bahkan kalau musim
hujan sering tergenang air, untuk mengsiasati itu nenek moyang membuat parit
keliling, yang sebagian tanahnya diambil untuk menambah tinggi tanah bagian
atas, untuk mengantisipasi bila suatu saat musim penghujan tanah bagaian atas
masih dapat di manfaatkan untuk menanam tanaman pangan berupa singkong, ubi
jalar, jagung dan lain-lain, untuk cadangan makan pada musim hujan.
Dengan
adanya sistem surjan ini banyak keuntungannya, satu sisi dibawah bisa
dioptimalkan tanaman padi, diatasnya itu setiap saat, artinya tidak pernah
geroh, jadi setiap saat pasti ada tanamannya,ini merupakan keuntungan
tersendiri bagi petani.
a. Pola
tanaman padi sistem surjan
Dengan adanya SK bupati di Kabupaten
Kulon Progo maka proses penanaman tanaman dalam 1 tahun yaitu Padi-Padi-Palawija,
dan SK Bupati ini diberlakukan terus Di Kabupaten Kulon Progo, sehingga pada
musim tanam padi, padi semua, musim tanam palawija, palawija semua. Untuk
Sistem Surjan mempunyai pola tanam berbeda yaitu tetap mengikuti SK Bupati
Kulon Progo tetapi di surjan atas tidak mengikuti sistem tanam sesuai dengan SK
bupati Kulon Progo, dapat ditanami berbagai jenis tanaman. Untuk Surjan bawah
tetap mengikuti SK Bupati Kulon Progo. Dan apabila ada dari anggota kelompok
yang tidak mengikuti SK Bupati Kulon Progo, maka akan dikenakan sanksi. SK
Bupati Kulon Progo sangat membantu dan petani petani sangat diuntungkan. Dan
sekarang jika petani disuruh keluar dari SK Bupati Kulon Progo, justru malah
merugikan petani itu sendiri dan petani tidak mau untuk keluar dari SK Bupati
Kulon Progo. Awalnya sulit sekali untuk mengajak petani untuk menerapkan SK
Bupati Kulon Progo, akan tetapi setelah berjalan bertahun-tahun ternyata justru
dikehendaki oleh petani, bahkan sekarang ini yang diluar dari kulon progo,
yaitu sleman bagian barat sudah mulai ikut, karena disana hama tikus,
wereng sangat sulit dikendalikan bahkan
tahun 2012 berkisar 900-1000 ha puso. Kenapa kok dikulon progo tidak pernah
terjadi seperti itu, ini merupakan kajian dan sleman barat Moyudan ditahun 2012
kemarin sudah banyak yang mengikuti pola tanam di Kulon Progo.
b. Luasan
kelompok sarimartani
Untuk luasan kelompok sarimartani
berkisar 42 ha, untuk surjannya 19 ha dan untuk lahan hamparan dan jumlah anggota kelompok srimartani 164.
c. Kelebihan
sistem surjan
Disaat musim penghujan petani tetap
bekerja menggali hasil surjan atas, dan surjan atas dapat ditanami berbagai
cadangan makanan. Pada musim kemarau surjan atas dapat ditanami palawija dan
lain-lain dan pada surjan bawah bisa ditanami padi. Kelebihan yang lain yaitu
setiap tahun petani bisa beraktifitas disawah. Untuk kabupaten kulon progo
sudah mempunyai keputusan untuk penanaman bawang merah dan cabe pada bulan
januari 10. Untuk penanaman bawang merah kulon progo mempunyai kesepakatan
yaitu pada bulan januari dan agustus. Kelebihan yang lain petani bisa mendapat
penghasilan dari olahan hasil budidayannya, karena sepanjang tahun petani
mengolah lahannya sehingga petani bisa mendapat penghasilan pada setiap
tahunnya.
d. Kelemahan
sistem surjan
Karena sepanjang tahun melakukan
budidaya, berarti kita harus mempunyai wadah yang cukup untuk modal tambahan. Bagi
petani yang kurang kreatif dan kurang semangat mendapatkan hasil yang kurang
maksimal, karena membutuhkan tenaga dan biaya yang banyak. Kepemilikan lahan rata-rata
per petani yaitu 0,1 ha, dan lahan untuk surjan 42 ha.
e. Pengaruh
hama pada pola tanam sistem surjan
Untuk hama dapat dikendalikan dengan
cara sistem tumpang sari yang saling menguntungkan, agar bisa mengurangi
serangan hama pada komoditas tertentu.
f. Produktifitas
Produktifitas yang paling tinggi dalam
sistem surjan kalau untuk kelompok srimartani tanaman padi hanya untuk
kebutuhan makan saja, akan tetapi untuk surjan atas bisa menproduksi banyak
karna ditanami horti, sehingga petani bisa untuk membeli kebutuhan sehari-hari
dan beli motor.
2. Sistem
Pertanian Lahan Pasir Pantai
Oleh : karman selaku
ketua kelompok citranasi
Pedukuhan desa Bugel
Kec, Glagat Kab, Kulonprogo
a. Sejarah
pertanian lahan pasir
Lahan pasir di Pendukuhan Desa Bugel
Kec, Glagat Kab, Kulonprogo duluhnya merupakan daerah lahan yang sangat kritis
sekali sebelum dibuka budidaya pertanian lahan pantai, lahan ini kritis sekali,
akan tetapi sekarang sudah bisa menjadi lahan yang dapat dimanfaatkan dan
sebagai lahan yang sangat subur untuk tanaman sayuran dan buah yaitu buah
semangka dan melon. Untuk sayuran hanya sayuran dataran rendah saja, karena
sayuran dataran tinggi tidak cocok. Awal mula pembuatan lahan ini sangat
sederhana sekali, teknologi yang digunakan sangat sederhana kemudian berkembang
yang dulunya hanya menggunakan bambu yang dianyam, berkembang menjadi sumur
permanen, berkembang lagi menjadi sumur renten, dan sekarang berkembang lagi
menjadi sumur pantai.
Sistem penyiramannya berkembang terus
dulu menggunakan gembor, menggunakan selang, sekarang sudah ada teknologi baru
menggunakan tetes dengan selang plastik untuk sistem pengairannya, dan sampai
sekarang berkembang terus untuk menghemat
tenaga kerja dan biaya. Petani dilahan pasir sangat kreatif untuk
mencoba teknologi-teknologi baru yang ditemukan para petani sendiri. Mereka
mengadopsi dari daerah-daerah sesama petani lahan pasir, dari kulon progo, dan
untuk sekarang ini sudah banyak yang mencoba tetapi belum semuanya menerapkan,
karena baru tahun ini diuji cobakan, pada tanaman semangka.
b. Produktifitas
Untuk tanaman didaerah ini hanya 2
komoditi yaitu cabe dan semangka. Produktifitas cabe didaerah tersebut bisa
mencapai 15-20 ton per ha dan untuk semangka, produktifitasnya bisa 30 ton/ha.
c. Pola
Tanam
Pola tanam yang dilakukan dilahan pasir
pantai yaitu menanam tanaman dari tahun akhir bulan desember ditanam semangka
panennya pada akhir bulan januari. Cabe ditanam pada bulan maret dan panennya
bulan mei, setelah cabe dipanen, ditanami lagi tanaman semangka pada bulan
agustus dan panennya pada bulan september. Dalam satu tahun tidak hanya
ditanami 2 komoditas saja tetapi bisa diselingi beberapa sayuran, sebagai
tumpang sari.
d. Luas
Lahan
Luas lahan yang berada dilahan pasir
pantai kurang lebih 1500 ha, dan sekarang ada pengurangan untuk pembangunan
pasir besi dikaranuni yang berkisar 200-300 ha sehingga lahan pasir pantai yang
tersisa sekarang tinggal 1200 ha.
B.
Pembahasan
1. Sistem
pertanian surjan
Berdasarkan
hasil yang didapatkan dari praktik out kampus yang dilakukan di Desa Giriweni
kabupaten Kulon Progo bahwa proses pertanian yang banyak dilakukan petani
setempat yaitu sistem pertanian surjan. Menurut ketua kelompok Srimartani bahwa
sistem pertanian surjan sangat memberikan keuntungan tersendiri bagi para
petani setempat, maka dari itu pola tanam yang dilakukan oleh petani di Desa
ini bisa mempertahankan kebutuhan pangan dimusim kemarau.
Dengan
adanya Surat Keputusan Bupati Kulon Progo, para petani merasa terbantu dengan
sistem pertanian, namun yang di ikuti para petani yaitu menanam padi sesuai
dengan Surat Keputusan Bupati untuk surjan bawah, tetapi disurjan atas tidak
mengikuti keputusan bupati. Hal ini dilakukan oleh petani karena ingin
mendapatkan tanaman pangan lain selain padi. Karena kebutuhan beras yang
ditanam hanya untuk makan saja, dan hasil yang dipanen oleh petani tidak bisa
memenuhi kebutuhan pangan petani tersebut pada waktu musim kering, sehingga
para petani tetap mempertahankan pola tanam surjan.
2. Sistem
Pertanian Lahan Pasir Pantai
Untuk
lahan pasir pantai merupakan lahan kardinal yang sangat kekurangan unsur hara,
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, maka harus ada penambahan unsur hara
berupa pupuk kompos atau pupuk kandang. Petani Desa Bugel Kec, Glagat Kab,
Kulon Progo merupakan salah satu kelompok tani yang punya lahan seperti ini.
Dengan lahan seperti ini masyarakat desa bugel masih bisa untuk mengolah lahan
tersebut agar bisa menghasilkan tanaman. Lahan yang dimiliki oleh petani
dikelolah dan ditanami berbagai macam tanaman hortikultura. Sistem petanian
dilahan pasir sangat berbeda jauh dengan lahan yang bukan pasir, perbedaanya
yaitu dalam hal pengairan. Untuk mengairi lahan pasir harus dilakukan sehari 2
kali agar tanaman tidak kekurangan air, sebab lahan pasir tidak bisa menyimpan
air dalam waktu lama, sehingga pengairan harus dilakukan 2 kali sehari.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem surjan merupakan suatu sistem pertanian yang
banyak dikembangkan oleh masyarakat yang mempunyai lahan tetapi ketersediaan
air berkurang. Untuk mengantisipasi kekurangan air tersebut maka dibuatlah
sistem surjan. Dengan pola sistem surjan petani bisa terbantu, saat musim
kemarau, karena jika surjan bawah tidak menghasilkan padi, masih ada surjan
atas yang dapat menyediakan kebutuhan pangan, apabila surjan atas ditanami
tanaman pangan.
Lahan pasir, merupakan lahan yang sangat minim
dengan unsur hara, sehingga penambahan unsur hara pada lahan pasir sangat
diperlukan. Unsur hara yang dapat ditambahkan berupa pupuk kompos atau pupuk kandang.
Dari hasil praktik out kampus di Desa Bugel dapat disimpulkan bahwa bukan hanya
lahan non pasir yang dapat dimanfaatkan, tetapi lahan pasir juga dapat
dimanfaatkan. Lahan pasir di Desa Bugel dapat menghasilkan hasil yang bisa
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
B.
Saran
Saran yang dapat berikan yaitu manfaatkanlah lahan
yang sekarang masih ada, agar ketika kelak anak dan cucu kita masih bisa
menikmatinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dannar Nur Fathini. 2012. Intensifikasi Usaha Tani
Hortikultura di Lahan Pasir Pantai
Selatan. Makalah Seminar Umum.
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada.
Setiawan, A. N. 1996. Teknologi budidaya pertanian lahan
pantai dan permasalahannya.
Agr UMY 4 (2): 42-45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar