LAPORAN
PRAKTIKUM
MATAKULIAH
AGRIBISNIS
TANAMAN PANGAN
SEMESTER III
Disusun
oleh :
Kelompok
III Kedelai
ARIFSON YONDANG
DIONISIUS ANYUN. A
DWI INDARTO
NIRHAJATI LAYWADU
SALEH KOTEN
SAUD OLOAN SIMAMORA
YUPENTUS ERIF
ZAINAL NIFU
KEMENTERIAN
PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN
PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Agribisnis Tanaman Pangan, dengan
baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum ini
tentunya penulis tidak lepas dari
petunjuk, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
- Bapak Suharno, SP,
MP. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah I Agribisnis Tanaman Pangan.
- Ibu Ir. Rika
Nalinda, MP. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah II Agribisnis Tanaman
Pangan.
- Ibu Koeswini Tri
Ariani, MS. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah III Agribisnis Tanaman
Pangan.
- Bapak Sumarna,
SST., selaku Asisten Dosen Mata Kuliah Agribisnis Tanaman Pangan.
- Semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum Mata
Kuliah Agribisnis Tanaman Pangan.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun bobot materinya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penyusunan Laporan Praktikum dimasa yang akan
datang. Semoga Laporan Praktikum ini bermanfaat dan bisa menjadi acuan
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Yogyakarta, Januari 2014
Penulis,
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kedelai (Glycine maxi L.) merupakan
tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM.
Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada
awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai
negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India,
Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16.
Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di pulau Jawa, kemudian
berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.
Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan
yang sangat di butuhkan oleh penduduk Indonesia dan dipandang penting karena
merupakan sumber protein, nabati, lemak, vitamin dan mineral yang murah dan
mudah tumbuh diberbadai wilayah Indonesia serta kedelai merupakan salah satu
jenis tanaman palawija yang cukup penting setelah kacang tanah dan jagung.
Sebagai bahan makanan kedelai mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama
protein (40%), lemak (20%), karbohidrat (35%) dan air (8%) (Suprapto, 1997). Di
Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti:
tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es krim,
minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu, juga banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pakan ternak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka permintaan akan komoditas kedelai
terus meningkat dari tahun ke tahun dan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap kebutuhan akan gizi. Akan tetapi, kapasitas produksi dalam negri
belakangan ini cenderung menurun. Setiap tahunnya pemerintah melakukan impor
kedelai yang belakangan ini sudah mencapai 600 ribu ton per tahun (Arsyad dan
Syam, 1998). Menurut Hilman, et al. (2004), proyeksi
permintaan kedelai tahun 2018 sebesar 6,11 juta ton, sedangkan produksi kedelai
tahun 2003 sekitar 672.000 ton, padahal produksi tahun 1992 pernah mencapai
1,87 juta ton. Karenanya, tanpa upaya dan kebijakan khusus, hingga tahun 2018
kebutuhan kedelai nasional tetap akan bergantung pada impor. Rendahnya produksi
tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor pembatas yang menyebabkan produksi
yang dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
B. Tujuan dan
Manfaat
Tujuan praktikum Budidaya Tanaman Semusim adalah untuk
mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine
max L.) serta dapat mengetahui dosis pupuk organic yang tepat untuk
mendapatkan hasil produksi tanaman kedelai yang maksimal.
Manfaat praktikum Budidaya Tanaman kedelai yaitu sebagai bahan pembanding
bagi kegiatan praktikum lainnya, dan sebagai media pembelajaran mahasiswa
sebelum melakukan kegiatan penelitian ilmiah yang sesungguhnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Tanaman Kedelai
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama
botani, yaitu Glycine soja dan Soja
max . Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama botani
yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Menurt Adisarwanto (2005)
klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
B. Morfologi
Tanaman Kedelai
1.
Akar
Akar kedelai
mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar
tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang
terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan
yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam,
yaitu akar tunggang (Suprapto, 1998).
Susunan akar
kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam
tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang banyak terdapat
bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto, 2004).
Tanaman
kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh
menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah
turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan
air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga
120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut
air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya
bintil-bintil akar (Sumarno,
1997).
2.
Batang
Pertumbuhan
batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate dan
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai
berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk
batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga.
Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip
keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau
semi-indeterminate (Kanisus, 1989).
Jumlah buku
pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang
penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30
buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang
determinate (Hidayat, 1985).
Waktu
tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi kecambah dan saat
keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua. Bagian batang di
bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas
keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau
(Bertham, 2002).
3.
Daun
Umumnya,
bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua
bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan
mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya,
daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk
varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata,
berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Danarti dkk, 1995).
Pada
buku pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun
tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu
dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga
mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan
berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga
akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan
gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto, 2004).
Umumnya,
bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua
bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan
mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang
mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas
kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata antara 190-320
buah/m² (Irwan, 2006).
4.
Biji
Biji kedelai
berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma.
Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau,
coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding
buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar
atau bulat agak pipih.
5.
Kecambah
Biji kedelai
yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai
tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil,
yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan
dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang
berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai
sayuran (tauge ).
6.
Bunga
Bunga
kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan
alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga
kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas
batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong
walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok
sebelum membentuk polong.
7.
Buah
Buah kedelai
berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong
kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses
pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi
kehitaman.
8.
Daun
Pada buku (nodus)
pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya,
pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai.
Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai
agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau.
Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan
muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur,
mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.
C. Syarat
Tumbuh
1.
Iklim
Tanaman
kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis.
Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman
jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering
lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab (Sumarno, 1987).
Menurut
(Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki
curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil
optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.
Suhu yang
dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu
optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C.
Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan
hasil (Irwan, 2006).
2.
Tanah
Kedelai
tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh.
Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat
tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya
akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan
aerasi tanah cukup baik (Danarti, 1995).
Tanah-tanah
yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada
tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir
kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk
organik atau kompos dalam jumlah cukup (Arsyad dan Syam 1998).
Kedelai juga
membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang
cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan
bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan
tanaman (Adisarwanto, 2005).
Toleransi
keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi
pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya
sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan
proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses
pembusukan) akan berjalan kurang baik ((Sumarno, 1987).
3.
Ketinggian Tempat
Varietas
kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300
m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian
tidak lebih dari 500 m dpl (Suprapto, 1997).
D. Bahan
organik
Penggunaan pupuk kandang organik yang tersedia di
pertanian dapat mengembalikan hasil dan keuntungan yang tinggi bila dipadukan
dengan pupuk anorganik, terutama pada lahan kering atau lahan sawah yang sakit.
Bagaimanapun, seringkali tidak menguntungkan untuk membeli pupuk organik bahkan
bila pupuk tersebut dijual sebagai pupuk organik campuran, yang merupakan
campuran pupuk organik dan anorganik yang siap pakai (Braja, 1985).
Pupuk organik dengan bahan organik merupakan salah
satu pembentuk agregat tanah yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel
tanah. Komponen asam humat dan asam fulvat sebagai sementasi partikel tanah
membentuk logam-humus. Pada tanah pasir pupuk organik mampu berperan sebagai
pembentuk struktur tanah dari bentuk tunggal ke gumpal yang bermanfaat untuk
mencegah porositas tinggi (Haverkort, 1992).
Peranan pupuk organik ada yang bersifat langsung
terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan
sifat dan ciri tanah.Pupuk organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah
adalah kemampuan menahan air meningkat, warna tanah menjadi hitam atau coklat,
merangsang gremulasi agregat dan memantapkannya, menurunkan plastisitas,
koheksi dan sifat buruk lainnya dari tanah liat (Hakim, 1986).
Bahan organik mengalami dekomposisi karena dengan
tersedianya kelengasan aktifitas mikroorganisme akan meningkat dan
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi sehingga kadar bahan organik
tanah menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan tanah pada keadaan kering
angin yang aktifitas mikroorganisme kurang aktif karena kurangnyakelengasan
(Mayadewi, 2007).
Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari
kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat
menambah unsur hara dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah
tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa
sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan
agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air
(Poerwidodo, 1992).
BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan
Tempat
1.
Waktu
Pelaksanaan
praktikum Budidaya Tanaman Kedelai dilaksanakan setiap hari Rabu pukul
15.20 – 17.00 dan Jumat pada pukul 13.00 -17.00 WIB. Dimulai dari tanggal 27 Oktober
2013 sampai dengan bulan Januari 2014.
2.
Tempat
Pelaksanaan
praktek bertempat di Lahan Praktek Kampus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Magelang, Jurusan Pertanian Di Yogyakarta.
B. Alat dan
Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum
Budidaya Tanaman Kedelai yaitu:
a. Cangkul/pacul,
b. Parang,
c. Timbangan,
d. Penggaris,
e. Patok-patokan,
f. Tugal,
g. Tali rafia
h. Meteran dan,
i.
Alat tulis menulis.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu:
a. benih kacang
kedelai (Glycine maxi L.),
b. Pupuk ponska
dan,
c. Pupuk organik.
C. Prosedur
Praktikum
1.
Pembersihan Lahan
Pada hasil
praktikum ini pengolahan lahan tidak dilakukan, tetapi menggunakan sistem TOT
(Tanpa Olah Tanah). Pada sistem TOT, Lahan yang akan dikelolah terlebih dahulu
dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, rerumputan atau semak yang tumbuh di
sekitar lahan. Pembersihan lahan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara
yaitu : untuk lahan bekas sawah, dapat langsung dicabut dari sisa potongan
padi. Setelah dicabut potongan tersebut dibiarkan dilahan agar bisa digunakan sebagai pengendali hama lalat
buah. Untuk pengaturan air hujan maka perlu dibuatkan saluran drainase
disekeliling bedengan karena pertumbuhan kedelai sangat rentan bila tergenang
air.
2.
Penanaman Benih
Penanaman
benih dengan sistem TOT (tanpa Olah Tanah) dilakukan dengan cara ditugal dengan
dibuatkan lubang tanam sedalam 2-5 cm dengan jarak tanam 40 x 15 cm, benih
dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 3 biji per lubang tanam, kemudian ditutup
kembali dengan kompos.
3.
Pemupukan
Pemupukan yang
dilakukan pada budidaya kedelai Tanpa Olah Tanah (TOT) menggunakan 2 jenis pupuk yaitu pupuk organik
dan anorganik. Pemupukan dengan pupuk organik yang diaplikasikan pada tanaman
kedelai pada saat penanaman tanaman kedelai sebagai penutup lubang tanam. Dosis
yang digunakan dalam praktikum ini berkisar 75 kg pupuk kompos dengan luas
lahan 450 m2. Kemudian pemupukan dengan pupuk anorganik di lakukan 2
minggu setelah benih ditanam dengan dosis pupuk NPK Phonska 6 kg.
4.
Pemeliharan
a.
Penyiraman
Pada
praktikum ini penyiraman tidak dilakukan, karena sistem irigasi mengalami
kerusakan sehingga sistem pengairan tidak berjalan sesuai degan yang
diharapkan. Akan tetapi praktikum yang dilaksanakan dilokasi Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta dilakukan pada bulan Oktober, atau disebut
awal musim hujan, sehingga kebutuhan air untuk tanaman kedelai masih dapat
terpenuhi.
b.
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, agar tidak terjadi perbedaan
pertumbuhan yang terlalu mencolok antara tanaman asli dan hasil sulaman.
c.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh
dengan tangan.
d.
Pendelian
hama dan penyakit
Pada
praktikum ini, untuk pengendalian hama dan penyakit hanya dilakukan dengan cara
fisik, tidak melakukan dengan cara kimiawi. Sebab hama yang terdapat pada
tanaman kedelai hanya terdapat kumbang daun, dan hama serta penyakit menyerang
tidak sampai pada ambang ekonomi.
5.
Panen dan
Pasca Panen
a. Panen
dilakukan apabila 95% polong pada batang utama telah berwarna kuning
kecoklatan.
b. Panen dapat
dimulai pada pukul 09.00 pagi, pada saat air embun sudah hilang.
c. Panen
dilakukan dengan memotong pangkal batang dengan sabit. Hasil panenan ini segera
dijemur beberapa hari kemudian dikupas dengan thresher atau pemukul (digeblok).
d. Butir biji
dipisahkan dari kotoran/sisa kulit polong dan dijemur kembali hingga kadar air
biji mencapai 10–12% saat disimpan.
e. Untuk
keperluan benih, biji kedelai perlu dikeringkan lagi hingga kadar air mencapai
9–10%, kemudian disimpan dalam kantong plastik tebal atau dua lapis kantong
plastik tipis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Usaha tani adalah suatu kegitan mengusahakan dan
mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja dan modal
sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara – cara
menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Berikut hasil usaha tani ubi jalar yang dilakukan
oleh kelompok 3:
1.
Lahan yang digunakan seluas 450 m2
2.
Bibit total yang digunakan sebanyak 4.422 rumpun
3.
Tahap budidaya :
a.
Lahan dibersihkan dari sisa potongan padi dan
rumput yang mengganggu
b.
Dibuat saluran irigasi, drainase dan saluran keliling.
c.
Penanaman kedelai dengan jarak tanam 15x40 cm, 2 benih
perlubang tanam.
d.
Lubang tanam ditimbun dengan pupuk kompos.
e.
Setiap minggu dilakukian penyiangan.
f.
Pemupukan pada umur 3 minggu setelah tanam, dan dosis
per rumpun 6 gram.
g.
Prediksi panen sebanyak 35 kg
Pada setiap usaha tani tentu menemui suatu kendala-kendala atau permasalahan.
Tahap usaha tani atau budidaya Kedelai di lahan STPP Jogjakarta juga terdapat kendala
- kendala serta permasalahan - permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya adalah
pada tahap pertumbuhan awal yaitu ketersediaan air yang kurang akibat permasalahan teknis.
Permasalahan selanjutnya adalah gulma yang tumbuh dengan cepat sehingga perlu tenaga
ekstra untuk mengendalikan gulma tersebut.
Dalam usaha tani perlu diperhitungkan
juga berapa biaya yang telah dikeluarkan serta berapa yang diterima.
Perhitungan tersebut dilakukan agar
dapat diketahui mengenai untung rugi suatu usaha. Pada usaha tani kedelai di
lahan STPP Jogjakarta dibuat suatu analisa usaha tani.
Analisa usaha tani tersebut yakni :
Analisis Usaha Tani
Tanaman : kedelai
Luasan
tanam : 561 m2
1.
Input
a.
Sewa Lahan Rp. 200.000,-
b.
Saprodi Usaha Tani
-
Benih 3 kg @Rp. 9.000,- Rp 27.000,
-
Pupuk Phonska 6 kg @Rp. 3.000,- Rp 18.000,-
-
Pupuk KCL 6 kg @Rp. 2.700,- Rp 16.200,-
-
Pestisida (Prediksi) Rp 150.000,-
-
Lain-lain Rp 50.000,-
Total Saprodi Rp 461.200,-
c.
Tenaga Kerja
-
Pengolahan tanah 4 HOK @Rp. 50.000,- Rp 200.000,-
-
Penanaman 1 HOK @Rp 40.000,- Rp 40.000,-
-
Penyiangan 1 HOK @Rp. 40.000,- Rp. 40.000,-
-
Pemupukan 2 HOK @Rp. 40.000,- Rp. 80.000,-
-
Pengendalian HPT 1 HOK @Rp. 40.000,- Rp. 40.000,-
-
Panen 1 HOK @Rp. 40.000,- Rp. 40.000,-
Total Tenaga Kerja Rp. 440.000,-
d.
Peralatan
-
Cangkul 4buah @Rp. 32.000,-
4 x 32.000/10/2 Rp. 6.600,-
-
Koret 4buah @Rp. 15.000,-
-
4 x 15.000/10/2 Rp. 3.000,-
-
Hand Sprayer 1 buah @Rp. 300.000
-
1 x 300.000/10/2 Rp. 15.000,-
2.
Output
Produksi (Prediksi) 65 kg @Rp. 9.000,- Rp. 4.000.000,-
Keuntungan = Output – Total Input
= Rp. 585.000,- - Rp. 925.800
= Rp. -340.800,-
3.
RC Rasio = Total Output / Total Input
= Rp. 4.000.000,- / 1.208.940
= 0,63
Adapun permasalahan yang terjadi pada usaha tani yakni dari sector teknis maupun non teknis. Keadaan cuaca yang tidak kerkendali dan tidak dapat diprediksi secara jelas.
B.
Pembahasan
Kegiatan agribisnis tanaman kedelai yang dikelolah oleh kelompok
3 merupakan suatu bentuk pembelajaran mengenai agribisnis tanaman pangan.
Melalui kegiatan ini mahasiswa mempelajari kegiatan agribisnis mulai dari hulu
ke hilir. Tujuan dari kegiatan ini bukan hanya sebagai cara mahasiswa
mempelajari mengenai budidaya usaha tani, tetapi juga memperoleh pendapatan
usaha tani.
Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengurangkan biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan usahatani dimana pendapatan
tunai merupakan hasil perhitungan dari pengurangan jumlah penerimaan tunai dengan
pengeluaran tunai usahatani.
Tujuan utama dari analisis pendapatan usahatani adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha
dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau
tindakan (Firman dkk., 2010). Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran selama usahatani
dikerjakan atau dijalankan dalam waktu yang telah ditentukan dan penerimaan (hasil produksi x harga jual).
Sehingga dari dua faktor tersebut dapat dianalisis pendapatan yang diperoleh petani baik itu pendapatan bersih maupun pendapatan kotor
karena melibatkan perhitungan biaya yang tidak tunai dan biaya yang diperhitungkan sesuai dengan perhitungan pendapatan usahatani.
Besarnya pendapatan petani yang diperoleh merupakan ukuran keberhasilan dari sesuatu yang dikelola dengan jumlah dan bentuk pendapatan yang mempunya fungsi yang sama yaitu memenuhi keperluan sehari hari dan memberikan
kepuasan kepada petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa besarnya pendapatan tunai dari usahatani dapat
menggambarkan kemajuan ekonomi usahatani
spesialisasi dan pembagian kerja. Selanjutnya besarnya
tingkat pendapatan ini juga dapat digunakan untuk membandingkan keberhasilan petani
yang satu terhadap petani yang lain
.
.
Pendapatan
petani timbul bila perbandingan jumlah penerimaan dari hasil produksi lebih besar dibadingkan dengan jumlah biaya atau pengeluaran selama proses produksi. Selanjutnya dari pendapat Soeharjo
dan Dahlan dalam Harmawati (2011),
menyatakan bahwa pendapatan sebagai
selisih dari penerimaan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Jadi dapat diketahui nilai pendapatan atau
keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan
usahatani, yaitu dengan mengetahui besarnya penerimaan yang dikali dengan harga yang berlangsung, kemudian dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan sejak dari pengolahan tanah sampai pasca panen.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Dengan adanya praktek budidaya usaha tani tanaman
pangan khususnya tanaman Kedelai maka mahasiswa dapat belajar tentang agribisnis mulai dari sector hulu
hingga sector hilir serta mempelajari bagaimana
menganalisa usaha tani
2. Terdapat
permasalahan pada budidaya
usaha tani Kedelai, namun permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara tertentu.
3. Usaha tani tanaman Kedelai yang dibudidayakan di lahan STPP belum
bisa mencapai nilai ekonomis. Ini terlihat berdasarkan hasil analisa usaha
tani berdasar pada kerugian yang diperoleh serta nilai RC Rasio yang kurang dari angka 1.
B. Saran
Dalam berusaha tani yang berwawasan
agribisnis perlu adanya komitmen dan tanggung jawab untuk berusaha tani secara menyeluruh
dan totalitas meskipun itu adalah tahap belajar. Diharapkan adanya rasa kebersamaan dan kekeluargaan demi kebaikan bersama, serta demi kesempurnaan laporan
praktikum ini diharapkan kritik dan saran kepada semua pihak yang bersifat
membangun untuk kelancaran praktikum-praktikum kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan
Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang
Surut. Penerbit
Swadaya.
Aksi Agraris Kanisus. 1989. Kedelai. Kanisus
. Yogyakarta .
Agus., 2011. Analisis Pemasaran Kopi Serbuk
Di Pasar Sentral Wawotobi dan Pasar Sentral
Unaaha Kabupate Konawe. Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Lakidende. Unaaha.
Andrianto, I. 2004. Teknologi Budidaya Intensif Tanaman Kedelai di
Lahan Sawah. Jurnal
Proyek Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Rawa Terpadu 17(1): 1−8
Arsyad, D.M. dan M. Syam.
1998. Kedelai. Sumber Pertumbuhan produksi dan Teknik
Budidaya.
Edisi Revisi. Puslitbangtan. 30 hlm.
Bertham, Y.H. 2002. Respon
Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) merill) Terhadap
Pemupukan
Fosfor dan Kompos Jerami Pada Tanah Ultisol”. Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian
Indonesia Vol.4 No.2 Hal: 78-83.
Braja M.
Das.1985. Mekanika Tanah. PT Gelora Aksara Pratama. Erlangga.
Danarti dan Najati, 1995. Palawija,
Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya
Jakarta.
Hakim, N, dkk. 1986.. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah Universitas Lampung.
Haverkort. 1992. Pertanian
Masa Depan. Kanisius. Jakarta.
Hidayat, O., 1985. Morfologi
Tanaman Kedelai pada Lahan Kering. Badan Penelitian dan
Perkembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Perkembangan Tanaman Pangan.
Bogor.
Hilman, Y. A. 2004. Kacang-Kacangan
dan Umbi-Umbian Kontribusi Terhadap Ketahanan
Pangan dan
Perkembangan Teknologinya. Dalam Makarim, et al.(penyunting).
Inovasi
Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.
Irwan, W.A. 2006. Budidaya
Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas
Padjajaran:
Jatinangor.
Mayadewi, Ari. 20007. Pengaruh
Jenis Pupuk pada Jarak Tanam terhadaPertumbuhan
Kedelai. Denpasar
Bali.
Poerwidodo. 1992. Telaah
Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung.
Sumarno, 1987. Kedelai dan
Cara Budidaya. Yasaguna Bogor.
Suprapto, 1997. Bertanam
Kedelai. Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar