Kamis, 16 Januari 2014

Laporan Praktikum Mata Kuliah Agribisnis Tanaman Pangan Semester 3B







LAPORAN PRAKTIKUM
MATAKULIAH
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN
SEMESTER III

Disusun oleh :
Kelompok III Kedelai
ARIFSON YONDANG
DIONISIUS ANYUN. A
DWI INDARTO
NIRHAJATI LAYWADU
SALEH KOTEN
SAUD OLOAN SIMAMORA
YUPENTUS ERIF
ZAINAL NIFU

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM  PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Agribisnis Tanaman Pangan, dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum ini tentunya  penulis tidak lepas dari petunjuk, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
  1. Bapak Suharno, SP, MP. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah I Agribisnis Tanaman Pangan.
  2. Ibu Ir. Rika Nalinda, MP. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah II Agribisnis Tanaman Pangan.
  3. Ibu Koeswini Tri Ariani, MS. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah III Agribisnis Tanaman Pangan.
  4. Bapak Sumarna, SST., selaku Asisten Dosen Mata Kuliah Agribisnis Tanaman Pangan.
  5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum Mata Kuliah Agribisnis Tanaman Pangan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan  baik dalam penulisan maupun bobot materinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan Laporan Praktikum dimasa yang akan datang. Semoga Laporan Praktikum ini bermanfaat dan bisa menjadi acuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.  
Yogyakarta, Januari 2014
Penulis,

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kedelai (Glycine maxi L.) merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.
Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat di butuhkan oleh penduduk Indonesia dan dipandang penting karena merupakan sumber protein, nabati, lemak, vitamin dan mineral yang murah dan mudah tumbuh diberbadai wilayah Indonesia serta kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang cukup penting setelah kacang tanah dan jagung. Sebagai bahan makanan kedelai mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama protein (40%), lemak (20%), karbohidrat (35%) dan air (8%) (Suprapto, 1997). Di Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu, juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka permintaan akan komoditas kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan akan gizi. Akan tetapi, kapasitas produksi dalam negri belakangan ini cenderung menurun. Setiap tahunnya pemerintah melakukan impor kedelai yang belakangan ini sudah mencapai 600 ribu ton per tahun (Arsyad dan Syam, 1998). Menurut Hilman, et al. (2004), proyeksi permintaan kedelai tahun 2018 sebesar 6,11 juta ton, sedangkan produksi kedelai tahun 2003 sekitar 672.000 ton, padahal produksi tahun 1992 pernah mencapai 1,87 juta ton. Karenanya, tanpa upaya dan kebijakan khusus, hingga tahun 2018 kebutuhan kedelai nasional tetap akan bergantung pada impor. Rendahnya produksi tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor pembatas yang menyebabkan produksi yang dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
B.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum Budidaya Tanaman Semusim adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max L.) serta dapat mengetahui dosis pupuk organic yang tepat untuk mendapatkan hasil produksi tanaman kedelai yang maksimal.
Manfaat praktikum Budidaya Tanaman kedelai yaitu sebagai bahan pembanding bagi kegiatan praktikum lainnya, dan sebagai media pembelajaran mahasiswa sebelum melakukan kegiatan penelitian ilmiah yang sesungguhnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Klasifikasi Tanaman Kedelai
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max  . Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max  (L.) Merill. Menurt Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae 
Subkingdom    : Tracheobionta
Super Divisi    : Spermatophyta 
Divisi               : Magnoliophyta 
Kelas               : Magnoliopsida 
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae
Genus              : 
Glycine
Spesies            : Glycine max (L.) Merr.

B.     Morfologi Tanaman Kedelai
1.      Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang (Suprapto, 1998).
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang banyak terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto, 2004).
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar  (Sumarno, 1997).

2.      Batang
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate (Kanisus, 1989).
Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate (Hidayat, 1985).
Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Bertham, 2002).

3.      Daun
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Danarti dkk, 1995).
Pada buku  pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto, 2004).
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006).

4.      Biji
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.

5.      Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge ).

6.      Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.

7.      Buah
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.

8.      Daun
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.

C.    Syarat Tumbuh
1.      Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab (Sumarno, 1987).
Menurut (Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Irwan, 2006).

2.      Tanah
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Danarti, 1995).
Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Arsyad dan Syam 1998).
Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Adisarwanto, 2005).
Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik ((Sumarno, 1987).

3.      Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Suprapto, 1997).

D.    Bahan organik
Penggunaan pupuk kandang organik yang tersedia di pertanian dapat mengembalikan hasil dan keuntungan yang tinggi bila dipadukan dengan pupuk anorganik, terutama pada lahan kering atau lahan sawah yang sakit. Bagaimanapun, seringkali tidak menguntungkan untuk membeli pupuk organik bahkan bila pupuk tersebut dijual sebagai pupuk organik campuran, yang merupakan campuran pupuk organik dan anorganik yang siap pakai (Braja, 1985).
Pupuk organik dengan bahan organik merupakan salah satu pembentuk agregat tanah yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah. Komponen asam humat dan asam fulvat sebagai sementasi partikel tanah membentuk logam-humus. Pada tanah pasir pupuk organik mampu berperan sebagai pembentuk struktur tanah dari bentuk tunggal ke gumpal yang bermanfaat untuk mencegah porositas tinggi (Haverkort, 1992).
Peranan pupuk organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.Pupuk organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah adalah kemampuan menahan air meningkat, warna tanah menjadi hitam atau coklat, merangsang gremulasi agregat dan memantapkannya, menurunkan plastisitas, koheksi dan sifat buruk lainnya dari tanah liat (Hakim, 1986).
Bahan organik mengalami dekomposisi karena dengan tersedianya kelengasan aktifitas mikroorganisme akan meningkat dan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi sehingga kadar bahan organik tanah menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan tanah pada keadaan kering angin yang aktifitas mikroorganisme kurang aktif karena kurangnyakelengasan (Mayadewi, 2007).
Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air (Poerwidodo, 1992).


BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
1.      Waktu
Pelaksanaan praktikum Budidaya Tanaman Kedelai  dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 15.20 – 17.00 dan Jumat pada pukul 13.00 -17.00 WIB. Dimulai dari tanggal 27 Oktober 2013 sampai dengan bulan Januari 2014.

2.      Tempat
Pelaksanaan praktek bertempat di Lahan Praktek Kampus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang, Jurusan Pertanian Di Yogyakarta.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Kedelai yaitu:
a.       Cangkul/pacul,
b.      Parang,
c.       Timbangan,
d.      Penggaris,
e.       Patok-patokan,
f.       Tugal,
g.      Tali rafia
h.      Meteran dan,
i.        Alat tulis menulis.

2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
a.       benih kacang kedelai (Glycine maxi L.),
b.      Pupuk ponska dan,
c.       Pupuk organik.



C.    Prosedur Praktikum
1.      Pembersihan Lahan
Pada hasil praktikum ini pengolahan lahan tidak dilakukan, tetapi menggunakan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah). Pada sistem TOT, Lahan yang akan dikelolah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, rerumputan atau semak yang tumbuh di sekitar lahan. Pembersihan lahan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu : untuk lahan bekas sawah, dapat langsung dicabut dari sisa potongan padi. Setelah dicabut potongan tersebut dibiarkan dilahan agar  bisa digunakan sebagai pengendali hama lalat buah. Untuk pengaturan air hujan maka perlu dibuatkan saluran drainase disekeliling bedengan karena pertumbuhan kedelai sangat rentan bila tergenang air.

2.      Penanaman Benih
Penanaman benih dengan sistem TOT (tanpa Olah Tanah) dilakukan dengan cara ditugal dengan dibuatkan lubang tanam sedalam 2-5 cm dengan jarak tanam 40 x 15 cm, benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 3 biji per lubang tanam, kemudian ditutup kembali dengan kompos.

3.      Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan pada budidaya kedelai Tanpa Olah Tanah (TOT)  menggunakan 2 jenis pupuk yaitu pupuk organik dan anorganik. Pemupukan dengan pupuk organik yang diaplikasikan pada tanaman kedelai pada saat penanaman tanaman kedelai sebagai penutup lubang tanam. Dosis yang digunakan dalam praktikum ini berkisar 75 kg pupuk kompos dengan luas lahan 450 m2. Kemudian pemupukan dengan pupuk anorganik di lakukan 2 minggu setelah benih ditanam dengan dosis pupuk NPK Phonska 6 kg.

4.      Pemeliharan
a.      Penyiraman
Pada praktikum ini penyiraman tidak dilakukan, karena sistem irigasi mengalami kerusakan sehingga sistem pengairan tidak berjalan sesuai degan yang diharapkan. Akan tetapi praktikum yang dilaksanakan dilokasi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta dilakukan pada bulan Oktober, atau disebut awal musim hujan, sehingga kebutuhan air untuk tanaman kedelai masih dapat terpenuhi.
b.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, agar tidak terjadi perbedaan pertumbuhan yang terlalu mencolok antara tanaman asli dan hasil sulaman.
c.       Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dengan tangan.
d.      Pendelian hama dan penyakit
Pada praktikum ini, untuk pengendalian hama dan penyakit hanya dilakukan dengan cara fisik, tidak melakukan dengan cara kimiawi. Sebab hama yang terdapat pada tanaman kedelai hanya terdapat kumbang daun, dan hama serta penyakit menyerang tidak sampai pada ambang ekonomi.

5.      Panen dan Pasca Panen
a.       Panen dilakukan apabila 95% polong pada batang utama telah berwarna kuning kecoklatan.
b.      Panen dapat dimulai pada pukul 09.00 pagi, pada saat air embun sudah hilang.
c.       Panen dilakukan dengan memotong pangkal batang dengan sabit. Hasil panenan ini segera dijemur beberapa hari kemudian dikupas dengan thresher atau pemukul (digeblok).
d.      Butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit polong dan dijemur kembali hingga kadar air biji mencapai 10–12% saat disimpan.
e.       Untuk keperluan benih, biji kedelai perlu dikeringkan lagi hingga kadar air mencapai 9–10%, kemudian disimpan dalam kantong plastik tebal atau dua lapis kantong plastik tipis.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Usaha tani adalah suatu kegitan mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara – cara menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Berikut hasil usaha tani ubi jalar yang dilakukan oleh kelompok 3:
1.      Lahan yang digunakan seluas 450 m2
2.      Bibit total yang digunakan sebanyak 4.422 rumpun
3.      Tahap budidaya :
a.       Lahan dibersihkan dari sisa potongan padi dan rumput  yang mengganggu
b.      Dibuat saluran irigasi, drainase dan saluran keliling.
c.       Penanaman kedelai dengan jarak tanam 15x40 cm, 2 benih perlubang tanam.
d.      Lubang tanam ditimbun dengan pupuk kompos.
e.       Setiap minggu dilakukian penyiangan.
f.       Pemupukan pada umur 3 minggu setelah tanam, dan dosis per rumpun 6 gram.
g.      Prediksi panen sebanyak 35 kg
Pada setiap usaha tani tentu menemui suatu kendala-kendala atau permasalahan. Tahap usaha tani atau budidaya Kedelai di lahan STPP Jogjakarta juga terdapat kendala - kendala serta permasalahan - permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya adalah pada tahap pertumbuhan awal yaitu ketersediaan air yang kurang akibat permasalahan teknis.
Permasalahan selanjutnya adalah gulma yang tumbuh dengan cepat sehingga perlu tenaga ekstra untuk mengendalikan gulma tersebut.
Dalam usaha tani perlu diperhitungkan juga berapa biaya  yang telah dikeluarkan serta berapa yang diterima. Perhitungan tersebut dilakukan agar dapat diketahui mengenai untung rugi suatu usaha. Pada usaha tani kedelai di lahan STPP Jogjakarta dibuat suatu analisa usaha tani.


Analisa usaha tani tersebut yakni :
Analisis Usaha Tani
Tanaman          : kedelai
Luasan tanam  : 561 m2
1.      Input
a.       Sewa Lahan                                                     Rp.        200.000,-
b.      Saprodi Usaha Tani
-          Benih 3 kg                                     @Rp. 9.000,-   Rp          27.000,
-          Pupuk Phonska  6 kg                    @Rp. 3.000,-   Rp          18.000,-
-          Pupuk KCL 6 kg                           @Rp. 2.700,-   Rp          16.200,-
-          Pestisida     (Prediksi)                                    Rp          150.000,-
-          Lain-lain                                                     Rp          50.000,-
Total Saprodi                                                Rp          461.200,-
c.       Tenaga Kerja
-          Pengolahan tanah 4 HOK             @Rp. 50.000,-    Rp         200.000,-
-          Penanaman                  1 HOK    @Rp 40.000,-  Rp         40.000,-
-          Penyiangan                   1 HOK   @Rp. 40.000,-  Rp.        40.000,-
-          Pemupukan                  2 HOK    @Rp. 40.000,-  Rp.        80.000,-
-          Pengendalian HPT 1 HOK                @Rp. 40.000,-  Rp.        40.000,-
-          Panen 1 HOK                                   @Rp. 40.000,-  Rp.        40.000,-
Total Tenaga Kerja                                            Rp.        440.000,-
d.      Peralatan
-          Cangkul 4buah                              @Rp. 32.000,-
4 x 32.000/10/2                                       Rp.        6.600,-
-          Koret 4buah                                  @Rp. 15.000,-
-          4 x 15.000/10/2                                       Rp.        3.000,-
-          Hand Sprayer 1 buah                   @Rp. 300.000
-          1 x 300.000/10/2                                    Rp.        15.000,-
2.      Output
Produksi (Prediksi) 65 kg @Rp. 9.000,-   Rp. 4.000.000,-
Keuntungan              = Output  Total Input
= Rp. 585.000,- - Rp. 925.800
= Rp. -340.800,-
3.      RC Rasio   = Total Output / Total Input
= Rp. 4.000.000,- / 1.208.940
= 0,63
Adapun permasalahan yang terjadi pada usaha tani yakni dari sector teknis maupun non teknis. Keadaan cuaca yang tidak kerkendali dan tidak dapat diprediksi secara jelas.

B.     Pembahasan
Kegiatan agribisnis tanaman kedelai yang dikelolah oleh kelompok 3 merupakan suatu bentuk pembelajaran mengenai agribisnis tanaman pangan. Melalui kegiatan ini mahasiswa mempelajari kegiatan agribisnis mulai dari hulu ke hilir. Tujuan dari kegiatan ini bukan hanya sebagai cara mahasiswa mempelajari mengenai budidaya usaha tani, tetapi juga memperoleh pendapatan usaha tani.
Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan usahatani dimana pendapatan tunai merupakan hasil perhitungan dari pengurangan jumlah penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai usahatani.
Tujuan utama dari analisis pendapatan usahatani adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Firman dkk., 2010). Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran selama usahatani dikerjakan atau dijalankan dalam waktu yang telah ditentukan dan penerimaan (hasil produksi x harga jual).
Sehingga dari dua faktor tersebut dapat dianalisis pendapatan yang diperoleh petani baik itu pendapatan bersih maupun pendapatan kotor karena melibatkan perhitungan biaya yang tidak tunai dan biaya yang diperhitungkan sesuai dengan perhitungan pendapatan usahatani.
Besarnya pendapatan petani yang diperoleh merupakan ukuran keberhasilan dari sesuatu yang dikelola dengan jumlah dan bentuk pendapatan yang mempunya  fungsi yang sama yaitu memenuhi keperluan sehari hari dan memberikan kepuasan kepada petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa besarnya pendapatan tunai dari usahatani dapat menggambarkan kemajuan ekonomi usahatani spesialisasi dan pembagian kerja. Selanjutnya besarnya tingkat pendapatan ini juga dapat digunakan untuk membandingkan keberhasilan petani yang satu terhadap petani yang lain


.
Pendapatan petani timbul bila perbandingan jumlah penerimaan dari hasil produksi lebih besar dibadingkan dengan jumlah biaya atau pengeluaran selama proses produksi. Selanjutnya dari pendapat Soeharjo dan Dahlan dalam Harmawati (2011), menyatakan bahwa pendapatan sebagai selisih dari penerimaan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Jadi dapat diketahui nilai pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani, yaitu dengan mengetahui besarnya penerimaan yang dikali dengan harga yang berlangsung, kemudian dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan sejak dari pengolahan tanah sampai pasca panen.
Berdasarkan hasil analisa usaha tani maka dapat diketahui bahwa usaha tani tanaman Kedelai tidak menguntungkan. Hal ini dapat terlihat jelas berdasarkan besaran kerugian yang didapat serta besaran nilai dari RC Rasio yang kurang dari angka 1 yakni angka 0,63.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Dengan adanya praktek budidaya usaha tani tanaman pangan khususnya tanaman Kedelai maka mahasiswa dapat belajar tentang agribisnis mulai dari sector hulu hingga sector hilir serta mempelajari bagaimana  menganalisa usaha tani
2.      Terdapat permasalahan pada budidaya usaha tani Kedelai, namun permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara tertentu.
3.      Usaha tani tanaman Kedelai yang dibudidayakan di lahan STPP belum bisa mencapai nilai ekonomis. Ini terlihat berdasarkan hasil analisa usaha tani berdasar pada kerugian yang diperoleh serta nilai RC Rasio yang kurang dari angka 1.

B.     Saran
Dalam berusaha tani yang berwawasan agribisnis perlu adanya komitmen dan tanggung jawab untuk berusaha tani secara menyeluruh dan totalitas meskipun itu adalah tahap belajar. Diharapkan adanya rasa kebersamaan dan kekeluargaan demi kebaikan bersama, serta demi kesempurnaan laporan praktikum ini diharapkan kritik dan saran kepada semua pihak yang bersifat membangun untuk kelancaran praktikum-praktikum kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang
Surut. Penerbit Swadaya.
Aksi Agraris Kanisus. 1989. Kedelai. Kanisus . Yogyakarta .
Agus., 2011. Analisis Pemasaran Kopi Serbuk Di Pasar Sentral Wawotobi dan Pasar Sentral
Unaaha Kabupate Konawe. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lakidende. Unaaha.
Andrianto, I. 2004. Teknologi Budidaya Intensif Tanaman Kedelai di Lahan Sawah. Jurnal
Proyek Penelitian dan Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu 17(1): 1−8
Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Kedelai. Sumber Pertumbuhan produksi dan Teknik
Budidaya. Edisi Revisi. Puslitbangtan. 30 hlm.
Bertham, Y.H. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) merill) Terhadap
Pemupukan Fosfor dan Kompos Jerami Pada Tanah Ultisol”. Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian Indonesia Vol.4 No.2 Hal: 78-83.
Braja M. Das.1985. Mekanika Tanah. PT Gelora Aksara Pratama. Erlangga.
Danarti dan Najati, 1995. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya
Jakarta.
Hakim, N, dkk. 1986.. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Universitas Lampung.
Haverkort.  1992.  Pertanian Masa Depan.  Kanisius.  Jakarta.
Hidayat, O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai pada Lahan Kering. Badan Penelitian dan
Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Perkembangan Tanaman Pangan.
Bogor.
Hilman, Y. A. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi Terhadap Ketahanan
Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam Makarim, et al.(penyunting).
Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.
Irwan, W.A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas
Padjajaran: Jatinangor.
Mayadewi, Ari. 20007. Pengaruh Jenis Pupuk pada Jarak Tanam terhadaPertumbuhan
Kedelai. Denpasar Bali.
Poerwidodo.  1992.  Telaah Kesuburan Tanah.  Penerbit Angkasa.  Bandung.
Sumarno, 1987. Kedelai dan Cara Budidaya. Yasaguna Bogor.
Suprapto, 1997. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar