Rabu, 15 Januari 2014

Laporan Praktikum Mata Kuliah Sistem Pertanian Semester IIIB

LAPORAN PRAKTIKUM
MATAKULIAH
SISTEM PERTANIAN
SEMESTER III



Disusun oleh : Kelompok I Wijen
ARIFSON YONDANG
NIREM : 05. 1. 4. 12. 0370

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM  PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2014

 KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Sistem Pertanian, dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum ini tentunya  penulis tidak lepas dari petunjuk, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Bapak Drs. Gunawan Yulianto, MM, MSi. selaku Ketua STPP Magelang .
2.      Bapak Ir. Sujono, MP. selaku Ketua Jurusan Penyuluhan Petranian di Yogyakarta.
  1. Bapak Ir. Nugrohotomo, M.Sc. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Sistem Pertanian.
  2. Bapak Ir. Heriyanto, M.S. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Sistem Pertanian.
  3. Bapak Agus Wartapa, MP.SP. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Sistem Pertanian.
  4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktikum Mata Kuliah Sistem Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan  baik dalam penulisan maupun bobot materinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan praktikum dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat dan bisa menjadi acuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.  
Yogyakarta, Januari 2014
Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman minyak nabati yang bijinya mengandung minyak 35 - 63%, protein 20%, 7 jenis asam amino, lemak jenuh 14%, lemak tak jenuh 85,8%, fosfor, kalium, kalsium, natrium, besi, vitamin B dan E, antioksidan dan alanin atau lignin, dan tidak mengandung kolesterol (Suddiyam dan Maneekhao, 1997). Wijen digunakan dalam aneka industri, antara lain bahan makanan ringan, dan penghasil minyak makan, serta sebagai bahan baku untuk industri farmasi, plastik, margarin, sabun, kosmetik, dan pestisida.
Sejak zaman Yunani kuno, biji wijen memiliki potensi untuk meningkatkan vitalitas, sehingga dijuluki si kecil dengan kekuatan ajaib (Yermanos, 1981). Oleh karena itu minyak wijen dinamakan” The queen of the oilseed crop” (Raja dari minyak nabati). Bungkil wijen (ampas) yaitu wijen yang sudah diambil minyaknya, sangat baik untuk pakan ternak, atau sebagai lauk yang disebut ”cabuk”. Produk pangan dari wijen bermanfaat bagi kesehatan karena dapat mengikat kelebihan kolesterol dalam darah, pencegah pengerasan dinding pembuluh darah, memelihara kesehatan hati dan ginjal, mencegah kanker, dan meningkatkan kebugaran serta vitalitas tubuh. Wijen digolongkan sebagai bahan makanan dan minyak makan bermutu tinggi karena kandungan mineral dan proteinnya tinggi serta berkadar asam lemak jenuh rendah, sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan ( Winarno, 1993).
Wijen merupakan tanaman sumber protein di wilayah kering (Weiss, 1971). Berdasarkan data FAO (1990) produksi wijen di Indonesia sejak tahun 1987 menurun sangat drastis, sehingga tahun 1988 kedudukan Indonesia berubah dari negara pengekspor menjadi negara pengimpor wijen yang setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Impor pada tahun 1992 sebesar 881 ton biji (Nurheru, 1996) dan pada tahun 1998 mencapai 940,450 ton biji dan 133,729 ton minyak (BPS, 1998). Selanjutnya pada tahun 2001 mencapai 3.722,472 ton biji dan 218,081 ton minyak (BPS, 2001).
Budidaya wijen relatif mudah dengan risiko kegagalan kecil, input rendah dan mudah ditumpangsarikan dengan tanaman pangan atau industri. Prospek budidaya wijen di Indonesia cukup cerah, karena produksi di tingkat petani masih relatif rendah 300 kg – 400 kg/ha. Oleh karena itu peluang peningkatan produksi wijen nasional masih terbuka karena areal lahan kering masih luas mencapai lebih dari 75% lahan pertanian (Manuwoto, 1991 dalam Nurheru dan Soenardi, 2004).
Kendala dalam pengembangan wijen adalah rendahnya produktivitas karena usahataninya dilakukan secara ekstensif dan umumnya ditumpangsarikan dengan palawija atau padi gogo, serta keterbatasan benih unggul berproduksi tinggi, sehingga wijen yang dikembangkan berasal dari benih yang tidak jelas asal-usulnya. Akibatnya produktivitas wijen petani masih rendah yaitu sekitar 400 kg/ha, padahal hasil penelitian dapat mencapai di atas 1000 kg/ha, sehingga peluang untuk meningkatkan produktivitas masih terbuka (Soenardi, 1992). Godin dan Spenley (1971) melaporkan bahwa, produktivitas wijen di Amerika mencapai 930 kg/ha - 2240 kg/ha.
Di Indonesia tanaman wijen tersebar hampir di semua daerah terutama daerah kering yang ditanam pada musim penghujan. Pada tahun-tahun terakhir pengembangan tanaman wijen juga banyak dilakukan di lahan sawah sesudah padi I (MK-I maupun (MK-II) pada musim kemarau, seperti di Kabupaten Nganjuk, Sukoharjo, Sragen dan Ngawi (Hariyono, 2005).

B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum budidaya tanaman wijen ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang bagaimana cara membudidayakan tanaman wijen dengan sistem olah tanah.  Manfaat praktikum Budidaya Tanaman kedelai yaitu sebagai bahan pembanding bagi kegiatan praktikum lainnya, dan sebagai media pembelajaran mahasiswa sebelum melakukan kegiatan penelitian ilmiah yang sesungguhnya.
Kegunaan dari praktikum ini adalah memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa tentang teknik atau cara budidaya tanaman pangan atau tanaman semusim serta sebagai bahan informasi dan referensi bagi tentang jenis pangan lain selain pangan yang umum dikonsumsi seperti padi dan jagung.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Klasifikasi (Taksonomi) Tanaman
Kingdom         : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom   : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super divisi     : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                : Scrophulariales
Famili              : Pedaliaceae
Genus              : Sesamum
Spesies            : Sesamum indicum L.

B.     Deskripsi Tanaman
Wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.) adalah tanaman pangan berupa semak semusim yang termasuk dalam famili Pedaliaceae. Tanaman ini dibudidayakan sebagai sumber minyak nabati  yang dikenal sebagai minyak wijen, yang diperoleh dari ekstraksi bijinyaAfrika  tropik diduga merupakan daerah asalnya yang kemudian tersebar ke wilayah Timur hingga ke India  dan Tiongkok. Di Afrika Barat, ditemukan pula kerabatnya, S. ratiatum Schumach. dan S. alabum  Thom., yang di sana dimanfaatkan daunnya sebagai lalap an atau sayuran. S. ratiatum juga mengandung minyak, tetapi mengandung rasa pahit karena tercampur dengan saponin  yang juga bersifat racun. Saat ini, wijen ditanam terutama di IndiaTiongkokMesirTurkiSudan, Meksiko  dan Venezuela  (Anonim, 2010).
Tanaman wijen memiliki akar  tanaman yang bertipe akar tunggang  dengan banyak akar cabang yang sering bersimbiosis  dengan mikoriza  VA (vesikular-arbuskular). Tanaman mendapat keuntungan dari simbiosis ini dalam memperoleh air dan hara dari tanah. Penampilan morfologinya mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Tinggi tanaman bervariasi dari 60 hingga 120 cm, bahkan dapat mencapai 2-3m. Batangnya berkayu dan memiliki ruas-ruas atau buku-buku pada tanaman yang telah dewasa.  Daun tunggal, berbentuk lidah memanjang dan berhadapan. Bunga  tumbuh dari ketiak daun, biasanya tiga namun hanya satu yang biasanya berkembang dengan baik. Bunga sempurna, kelopak bunga berwarna putih, kuning, merah muda, atau biru violet, tergantung varietas. Dari bunga tumbuh 4-5 kepala sari. Bakal buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi menjadi dua kemudian membentuk polong. Biji terbentuk di dalam ruang-ruang tersebut. Apabila buah masak dan mengering, biji mudah terlepas ke luar, yang menyebabkan penurunan hasil. Melalui pemuliaan , sifat ini telah diperbaiki, sehingga buah tidak mudah pecah ketika mengering. Banyaknya polong per tanaman, sebagai faktor penentu hasil yang penting berkisar dari 40 hingga 400 per tanaman. Bijinya berbentuk seperti buah alpokat (buah wijen berbentuk kapsul), kecil, berwarna putih, kuning, coklat, merah muda, atau hitam. Bobot atau berat biji berkisar antara 1.000 biji 2-6 gram. Tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh (asalnya dari daerah tropik). Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering, meskipun hasilnya akan turun jika kurang mendapatkan pengairan. Di Indonesia, tanaman wijen tidak terlalu luas ditanam. Di daerah Gunung Kidul , Yogyakarta, terdapat area penanaman wijen yang tidak terlalu luas (Schuster, 1992).
Tipe perkecambahan pada tanaman wijen adalah hypogeal, adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap berada pada posisinya. Tanaman wijen tergolong tanaman yang menyerbuk sendiri sehingga bunganya bersifat hermafrodit, yakni kepala putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama. Tetapi, dapat juga terjadi penyerbukan silang oleh serangga, dan tidak pernah terjadi penyerbukan oleh angin. Lingkungan tumbuh atau syarat tumbuh tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh. Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering, meskipun hasilnya akan turun jika kurang mendapat pengairan. Untuk lahan kering dimusim hujan yaitu wilayah yang bercurah hujan pendek, wijen ditanam pada awal musim penghujan agar tanaman tidak mengalami hambatan suhu tanah, ketersediaan air, dan jasad pengganggu (Weiss, 1971).
Varietas tanaman wijen terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu varietas bercabang dan varietas tidak bercabang. Pada tahun 1997 telah dilepas 2 (dua) varietas unggul wijen oleh Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas), yaitu var Sumberejo 1 (Sbr1) produktivitas 1-1,6 ton/ha dan habitus bercabang banyak dan Sumberejo 2 (Sbr2) dengan produktivitas 0,8-1,4 ton/hektar dan habitus tidak bercabang. (Dela SY, 2010).
Wijen sudah sejak lama ditanam manusia untuk dimanfaatkan bijinya, bahkan termasuk tanaman minyak yang paling tua dikenal dalam peradaban. Kegunaan utama dari tanaman wijen adalah sebagai sumber minyak wijen. Bijinya yang berwarna putih digunakan sebagai penghias pada penganan, misalnya onde-onde  dan kue kering dengan cara menaburkannya di permukaan penganan tersebut. Biji wijen dapat dibuat sebagai pasta, misalnya makanan yang dapat diolah menjadi pasta berupa butiran wijen yang ditabur ke spageti maupun macaroni (Schuster, 1992).   
Kandungan gizi yang terdapat pada biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein, 7-8% serat  kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh , khususnya asam oleat  (C18:1) danasam linoleat  (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh , dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat . Minyak biji wijen juga kaya akan Vitamin E . Ampas biji wijen (setelah diekstrak minyaknya) menjadi sumber protein dalam pakan  ternak (Schuster, 1992).

C.    Sistem Olah Tanah
Sistem olah tanah yang dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman wijen terdiri atas tiga metode atau cara, yaitu sistem olah tanah konvensional (yang menggunakan guludan/ bedengan), sistem olah tanah minimum (pada tanah yang subur atau gembur) dan sistem tanpa olah tanah.

1.      Sistem Olah Tanah Konvensional (Guludan atau Bedengan)
Prinsip dari sistem olah tanah konvensional (guludan atau bedengan) adalah mengolah tanah secara keseluruhan, yaitu dengan cara manual dan menggunakan cangkul atau linggis kemudian membongkar dan membalik tanah lalu diratakan. Tanah yang akan ditanami tanaman harus dibersihkan dari tanaman pengganggu seperti gulma. Tanah yang telah bersih kemudian dibentuk guludan atau semacam bedengan dengan saluran drainasenya agar dapat membuang kelebihan air pada musim-musim hujan. Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng. Tinggi tumpukan tanah sekitar 25–30 cm dengan lebar dasar sekitar 30–40 cm. Jarak antara guludan tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan. Guludan dapat diperkuat dengan menanam rumput atau tanaman perdu (Chairani, 2010).
Keuntungan dari olah tanah konvensional adalah pertumbuhan tanaman akan subur sebab aliran aerase atau pertuara udara dalam tanah menjadi lancar, pori-pori tanah juga semakin banyak menyerap air dan unsur hara yang diperlukan tanaman. Namun, ada juga kerugian dari pengolahan tanah konvensional yaitu membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dan penggunaan waktu juga kurang efisien sebab selain membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak juga membutuhkan waktu yang agak lama dibandingkan dengan olah tanah yang lain sebab dalam olah tanah ini, semua permukaan tanah diolah tanpa terkecuali bahkan tanah yang tidak ditanami (Chairani, 2010).

2.      Sistem Olah Tanah Minimum (Pada Tanah Subur atau Gembur)
Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan atau pemberian pupuk (baik pupuk hijau, pupuk kandang, atau kompos) dari bahan organik yang lain secara terus menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum perlu disertai dengan pemberian mulsa. Keuntungan olah tanah minimum adalah menghindari kerusakan struktur tanah, mengurangi aliran permukaan dan erosi, memperlambat proses mineralisasi, mengefisienkan tenaga kerja daripada pengelolaan penuh, dan dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara ini mungkin tidak dapat diolah. Kerugian dari olah tanah minimum adalahpersiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan produksi yang rendah, lebih cocok untuk tanah yang gembur, pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus, herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak dilakukan secara manual atau dilakukan secara mekanis (Chairani,2010).

3.      Sistem Tanpa Olah Tanah
Untuk sistem tanpa olah tanah, juga bisa diterapkan pada tanah-tanah yang subur atau gembur. Sistem tanpa olah tanah merupakan bagian dari konsep olah tanah konservasi yang mengacu kepada suatu sistem olah tanah yang melibatkan pengolahan mulsa tanaman ataupun gulma (tanaman pengganggu). Budidaya pertanian tanpa olah tanah sebetulnya berangkat dari corak pertanian tradisional yang dimodifikasikan, dengan memasukkan unsur kimiawi untuk mengendalikan gulma, dalam hal ini herbisida. Persiapan lahan cukup dilakukan dengan penyemprotan, gulma mulai mati dan mengering, lalu direbahkan selanjutnya dibenamkan dalam lumpur (Nursyamsi, 2004).
Persiapan lahan pada sistem TOT (tanpa olah tanah) dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Glyfosat merupakan salah satu herbisida yang banyak digunakan untuk mempersiapkan lahan TOT. Aplikasi herbisida pada lahan TOT seringkali menimbulkan adanya pergeseran gulma yang tumbuh berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi  gulma yang tumbuh pada saat persiapan lahan serta untuk membandingkan pengaruh saat aplikasi dan dosis herbisida glyfosat terhadap pergeseran gulma (Nurjanah, 2011).


 BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Wijen pada mata kuliah sistem pertanian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 - Januari 2014 di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta.

B.     Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Wijen adalah cangkul, sekop, ember, mistar atau meteran, patok, kamera digital, papan nama, dan alat tulis-menulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tali rapia, air, pupuk kandang pupuk phonska dan benih tanaman Wijen (Sesamum indicum L).



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Adapun metode dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Bersihkan lahan yang akan ditempati untuk membudidayakan tanaman wijen.
2.      Setelah lahan dibersihkan dari gulma, lahan tersebut dicangkul atau dibajak dan diolah tanahnya. Setiap kelompok memasang patok-patok setelah tanah diolah.
3.      Masing-masing kelompok membudidayakan 1 komoditi. Komoditi yang ditanam pada kelompok ini adalah tanaman wijen. Setelah melakukan penanaman tanaman wijen dilakukan pemeliharaan. Langkah-langkah pemeliharaan tanaman wijen sebagai berikut:
a.       Penyiraman
b.      Penyulaman
c.       Penyiangan
d.      Pemupukan
e.       Pengendalian hama dan penyakit
4.      Lakukanlah pengamatan setiap minggu, amati tiap perkembangan yang terjadi pada tanaman tersebut. Catat dan ukur tinggi tanaman dengan mistar, jumlah daun, sertaambil gambar komoditi yang ditanam pada tiap minggunya.

a.       Data Pengukuran Wijen Minggu ke 5 Kelompok 1
Data pengukuran wijen minggu ke 5
kelompok 1
Jumlah sampel
Tinggi tanaman
Jumlah daun
Jumlah bunga
a
b
a
b
a
b
Tanaman 1
103
107
17
19
-
-
Tanaman 2
95
89
14
13
-
-
Tanaman 3
122
124
16
16
-
-
Tanaman 4
95
88
16
10
-
-
Tanaman 5
96
101
18
16
-
-

b.      Data pengukuran wijen minggu ke 6 kelompok 1
Data pengukuran wijen minggu ke 6
kelompok 1
Jumlah sampel
Tinggi tanaman
Jumlah daun
Jumlah bunga
a
b
a
b
a
b
Tanaman 1
113
117
21
23
2
4
Tanaman 2
105
103
17
16
3
2
Tanaman 3
128
131
21
21
5
4
Tanaman 4
103
97
21
22
3
2
Tanaman 5
106
113
24
23
4
4

B.     Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dilokasih Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta merupakan Kegiatan sistem pertanian tanaman wijen yang dikelolah oleh kelompok 1 merupakan suatu bentuk pembelajaran mengenai sistem pertanian. Melalui kegiatan ini mahasiswa mempelajari kegiatan sistem pertanian mulai dari hulu ke hilir. Tujuan dari kegiatan ini bukan hanya sebagai cara mahasiswa mempelajari mengenai budidaya, tetapi juga mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang suatu sistem pertanian yang akan dikembangkan di daerah asal.
Hasil pengamatan yang dilakukan setiap minggu, yang dilakukan oleh kelompok 1, didapatkan hasil bahwa pertumbuhan wijen pada minggu kelima dan minggu ke enam terlihat jelas ada perubahan pertumbuhan yang sangat optimal. Pada beberapa minggu sebelum minggu ke enam tidak dilakukan pengamatan, berhubung ada berbagai macam persoalan sehingga pengamatan pada minggu-minggu sebelumnya tidak dilakukan. Dan setelah pada minggu ke 7 dilakukan pengamatan, minggu berikutnya sudah tidak dilakukan, karena sudah menghadapi ujian akhir semester sehingga, pengamatan hanya dilakukan 2 kali, dan sebelum ujian akhir semester harus membuat laporan praktikum, sehingga pengamatan berikutnya tidak dilakukan lagi.
Pengembangan wijen di lahan petani banyak dilakukan secara monokultur, akan tetapi dengan pertimbangan risiko kegagalan dan peningkatan pendapatan dapat ditanam secara tumpangsari, tumpangsisip, atau campuran (dua tanaman atau lebih ditanam secara bersamaan). Tanaman yang sudah pernah ditumpangsarikan dengan wijen antara lain jagung, kapas, jarak kepyar, kacang hijau, kacang tanah, padi gogo (Soenardi dan Romli, 1994a). Dari hasil penelitian bila tumpangsari wijen dengan jagung dan setelah jagung dipanen disisipi kacang hijau, akan meberikan penerimaan lebih besar dari pada wijen monokultur, jagung monokultur, atau kacang hijau monokultur (Soenardi dan Romli, 1994b).
Tujuan utama dari sistem pertanian adalah menggambarkan keadaan lahan pertanian sekarang dan yang akan datang, tentang bagaimana caranya untuk mempertahankan keadaan lahan yang semakin hari semakin kekurangan unsur hara.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada mata kuliah Sistem Pertanian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pengembangan sebuah sistem pertanian harus memperhatikan iklim, agar dalam pembudidayaan suatu komoditas tidak mengalami gagal panen akibat dari musim yang tidak tepat.
Pengembangan tanaman wijen pada praktikum ini, merupakan suatu pembelajaran, agar mahasiswa dapat membandingkan bagi kegiatan praktikum lainnya, dan sebagai media pembelajaran mahasiswa sebelum melakukan kegiatan penelitian ilmiah yang sesungguhnya.

B.     Saran
Pengembangan suatu komoditas tidak jauh dari iklim, untuk mengantisipasi kerugian maka iklim harus diperhatikan agar tidak terjadi gagal panen. Untuk mata kuliah sistem pertanian kalau bisa diganti waktu kuliahnya pada setiap semester genap, agar bisa mengantisipasi gagal panen, seperti yang terjadi sekarang. Akibat dari waktu yang tidak sesuai mengakibatkan pemasakan buah yang seharusnya pada musim kemarau tetapi terjadi pada musim penghujan.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010, wijen. diakses dari http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.
cgi? newsid1093402541,40984,  pada  tanggal 20 desember 2010
Anonima, 2010. Gandum. Diakses dari http://www.deptan.go.id/ditjentan/
admin/rb/Gandum.pdf , pada tanggal 20 desember 2010.
Anonimb,2010. Sorgum. Diakses dari http://www.deptan.go.id /ditjentan/admin
/rb/Sorgum.pdf . diakses pada tanggal 20 desember 2010.
Anonimc,2010. Sogum. Diakses dari http://www.batan.go. id/patir/_berita/ pert/ sorgum  
/sorgum.html diakses pada tanggal 20 desember 2010.
Anonimd, 2010. Jewawut diakses dari. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id .:pengelolaan
plasmanutfah-jagung -sorgum-gandum-jewawut &cati .penelitian-2006
2007&Itemid=141. Pada tanggal 20 desember 2010.
Subiyakto dan Harwanto. 1996. Hama tanaman wijen dan pengendaliannya. Monograf
Balittas (2) :31- 37.
Suprijono dan Rusim Mardjono. 2004. Inovasi teknologi untuk pengembangan wijen.
Prosiding Lokakarya Pengembangan jarak dan wijen dalam rangka otoda di Malang.
Puslitbangbun. 20 –24.
Suprijono, R. Mardjono, dan H. Sudarmo. 2004. Stabilitas hasil beberapa galur wijen. J. Littri
10 ( 4) : 127-130.
Suprijono, R. Mardjono, Tukimin, dan Sudarmadji. 2006. Pemantapan galur-galur harapan
dan teknik budidaya wijen di lahan sawah sesudah padi. Laporan hasil penelitian
2006, Balittas. Malang.
Widyaningsih Soemadi dan Abdul Mutholib. 1999.  Pakan burung. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta, 81 hlm.

1 komentar:

  1. hormon tumbuhan27 April 2016 21.55
    PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan biotan untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus